Jumat, 07 Juni 2013

LAPORAN OBSERVASI E-LEARNING PSIKOLOGI PENDIDIKAN


IDENTITAS SEKOLAH

Nama Sekolah : SMA Swasta Kristen Methodist 1

Alamat : Jl. Hang Tuah No.1, Medan

Uang Sekolah : Rp1.000.000,00

Konsep e-Learning : Offline

Sejak Kapan e-Learning : 2008

 

URAIAN AKTIVITAS OBSERVASI

Hari dan Tanggal : Kamis, 23 Mei 2013

WaktuPelaksanaan : 90 menit ( 12.00 – 13.30 WIB)

Unit Observasi : Penggunaan E-Learning

Unit Lain Observasi : Motivasi, Pendekatan Pembelajaran, Perencanaan Pembelajaran dan Pengelolaan Kelas.

Narasumber : B. Sitorus

Pembagian Tugas :  Yoshinta : e-Learning dan Identitas Sekolah

                                Megawati : Motivasi

                                Maria : Pengelolaan kelas

                                Claudia : Pendekatan pembelajaran

                               Abella : Perencanaan pembelajaran

 

HASIL OBSERVASI

 

PENDAHULUAN

 

            Psikologi pendidikan merupakan salah satu cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan (Santrock : 2011). Oleh karena itu, pada masa ini, psikologi pendidikan memiliki peran yang sangat penting bagi guru dan dosen (pendidik) dalam melaksanakan pengajaran dan bagi peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran.

            Iskandar (2009) dalam bukunya menjelaskan, dengan memahami psikologi pendidikan seorang guru atau dosen (pendidik) melalui pertimbangan-pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat, memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai, memberikan bimbingan hingga konseling, memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik, menciptakan iklim belajar yang kondusif, berinteraksi secara tepat dengan siswanya dan menilai atau mengevaluasi hasil pembelajaran yang adil.

            Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa bidang kajian psikologi pendidikan, yaitu mempelajari bagaimana manusia belajar dalam setting pendidikan, keefektifan sebuah pengajaran, cara mengajar dan pengelolaan organisasi sekolah dan kelas. Maka, masalah utama dalam psikologi pendidikan adalah masalah belajar dan mengajar sebagai operasional dalam usaha pendidikan.

            Jadi, secara khusus psikologi pendidikan akan menyorot tentang perilaku pendidik (guru dan dosen) yang mengajar dan pesrta didik (murid, siswa atau mahasiswa) yang menjalani proses pembelajaran berhubungan dengan proses pendidikan.

            Salah satu aspek yang tidak dapat dilupakan dan dilepaskan dalam pendidikan adalah teknologi. Segala aspek kehidupan manusia kini telah berkaitan dengan psikologi, bukan hanya dalam pendidikan saja. Penerapan teknologi dalam dunia pendidikan sudah dimulai sejak beberapa decade yang lalu, walaupun teknologi yang dipakai masih sederhana dan berubah dengan lambat. Namun, beberapa tahun terakhir, perkembangan teknologi sudah semakin pesat, berbagai alat dan progam telah diciptakan untuk membantu proses pembelajaran.

 

LANDASAN TEORI

1. E-Learning

            Murid-murid dewasa ini tumbuh di dunia yang jauh berbeda dengan dimasa ketika orang tua dan kakek mererka masih menjadi murid. Jika murid ingin siap kerja, teknologi harus menjadi bagian integral dari sekolah dan pelajaran kelas (Earle, 2002; Geisert & Futrell, 2000; Sharp, 2002 dalam Santrock, 2011).

            Teknologi telah menjadi bagian dari sekolah selama beberapa decade, tetapi teknologi masih dipakai secara sederhana dan berubah dengan lamban. Namun, kini teknologi berubah secara dramatis (Santrock:2011) perkembangan penggunaan teknologi dalam dunia pendidikan berkembang begitu pesat baik secara kuantitas dan kualitas.

Perkembangan tersebut tampak dengan pengadaan computer dan berbagai alat berbasis teknologi disekolah-sekolah, dimasukkannya pelajaran teknologi, informasi dan komunikasi kedalam kurikulum dan pelatihan penggunaan teknologi dalam dunia pendidikan bagi para guru.

            Namun, perkembangan ini tidak terjadi secara merata. Nyatanya, masih banyak guru yang tidak memiliki pengetahuan yang memadai dalam menggunakan computer, dan banyak sekolah uang tidak menyediakan workshop atau pelatihan yang dibutuhkan. Dan dengan perkembangan teknologi yang pesat, computer yang dibeli sekolah menjadi cepat ketinggalan zaman. Bahkan ada yang rusak dan perlu diperbaiki (Baines, Deluzain, & Stanleu, 1999).

Dalam penggunaannya, antar computer terkoneksi dengan jaringan yang bernama internet yang akan menghubungkan antar computer. Sistem ini menyediakan informasi yang tidak terbatas dan dapat diakses dengan mudah. Dalam banyak kasus, computer menyimpan lebih banyak informasi dan masih lebih baru dibandingkan dengan buku.

            Sistem informasi hypermediayang menghubungkan berbagai ,materi di internet dalam upaya pengambilan informasi bernama world wide web. Sistem ini memberikan struktur yang dibutuhkan internet. Website adalah lokasi individu atau organisasi di internet, websitelah yang menampilkan informasi yang dimasukkan oleh individu atau organisasi. Email atau electronic mail adalah bagian penting dari internet. Pesan dapat dikirim dan diterima individu melalui sistem yang bernama email ini. Fasilitas yang telah ada ini dapat mempermudah jalannya proses pendidikan, karena pendidik dan peserta didik akan lebih mudah untuk search and share informasi yang berkaitan dengan pendidikan.

 

2. Motivasi

·         DEFENISI

Motivasi adalah suatu proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Dimana perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.

·         PERSPEKTIF TENTANG MOTIVASI

Perspektif behavoiral

Perspektif ini menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dlam menentukan motivasi murid. Insentif adalah peristiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi peilaku murid

Perspektif humanistis

Perspektif ini menekankan pada kapasitas murid untuk memilih nasib mereka. Perspektif ini berkaitan dengan pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi.

Perspektif kognitif

Perspektif ini menekankan bahwa murid akan memandu motivasi mereka, artinya agar murid diberi lebih banyak kesempatan dan tanggungjawab untuk mengontrol hasil prestasi mereka.

·         JENIS MOTIVASI

Motivasi Intrinsik àmelakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai sesuatu) . motivasi intinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan atau hukuman. Conoth : murid mungkin belajar keras untuk mendapatkan nilai yang baik.

Motivasi Ekstrinsik àmotivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Contoh : murid belajar menghadapi ujian karena ia senang senang dengan pelajaran yang diuji tersebut.

 

3.Pendekatan Pembelajaran

            Pembelajaran merupakan fokus utama dalam pendidikan. Pembelajaran adalah pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuaan dan keterampilan berpikir yang diperoleh melalui pengalaman. Pembelajaran itu melibatkan perilaku akademik dan non-akademik. Pembelajaran berlangsung di sekolah dan di mana saja di seputar dunia anak.

Berikut ini beberapa pendekatan untuk pembelajaran :

·         Pendekatan Behavioral

            Behaviorisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang diamati, bukan dengan proses mental. Proses mental didefenisikan psikolog sebagai pikiran, perasaa, dan motif kita alami namun tidak dapat dilihat oleh oranglain. Menurut behavioris, pemikiran, perasaan, dan motif ini bukan subjek yang tepat untuk ilmu perilaku sebab, semuanya itu tidak dapat diobservasi secara langsung. Pengkondisian klasik dan operan yang merupakan dua pandangan behavioran menekankan pembelajaran asosiatif, yang terdiri dari pembelajaran dua kejadian yang saling terkait (asosiated)

·         Pendekatan Kognitif

Ada 4 pendekatan kognitif utama dalam pembelajaran yaitu :

a.       Kognitif sosial à menekankan bagaimana factor perilaku, lingkungan, dan orang (kognitif) saling berinteraksi mempengaruhi proses pembelajaran.

b.      Pemprosesan informasi àmenitikberatkan pada bagaimana anak memproses informasi melalui perhatian, ingatan, pemikiran, dan proses kognitif lainnya.

c.       Konstruktivis kognitif àmenekankan kontruksi kognitif terhadap pengetahuan dan pemahaman

d.      Kontruktivis sosial àfokus pada kolaborasi dengan orang lain untuk menghasilkan pengetahuan dan pemahaman

4. Perencanaan Pembelajaran

a. Teacher Centered Learning

            Teacher Centered Learning atau pengajaran berorientasi pada guru, pembelajaran ini mencakup pembuatan sasaran perilaku, analisis tugas dan mengembangkan taksonomi intruksional. Sasaran behavioral adalah pernyataan yang berisi upaya mengubah perilaku murid untuk mencapai level kinerja yang diharapkan. Analisis tugas difokuskan pada pembagian tugas-tugas kompleks menjadi bagian-bagian komponen.

Pengajaran langsung adalah pendekatan berorientasi guru yang terstruktur, dimana guru mengatur dan mengontrol, mengharapkan kemajuan murid, memaksimalkan waktu murid untuk tugas-tugas akdemik, dan menekan sikap negative sampai ke tingkat minimum. Penggunaan materi non-akademik tidak terlalu ditekankan, demikian pula dalam interaksi guru-murid diluar orientasi akademik.

            Strategi intruksional yang berpusat pada guru mencakup mengorientasikan murid; mengajar, menjelaskan dan menunjukkan; pertanyaan dan diskusi; penguasaan; tugas dikelas; dan pekerjaan rumah. Sebelum menyajikan dan menerangkan materi baru, buatlah kerangka pelajaran. Cara terbaik adalah dengan menyusun rencana lebih dahulu. Guru yang efektif menghabiskan banyak waktu untuk menjelaskan dan mendemonstrasikan materi baru. Pelajaran yang efektif memiliki sejumlah cirri, seperti perencanaan lebih awal, latihan soal secara teratur, dan lain-lain.

            Instruksi yang berpusat pada guru adalah teknik yang berguna dan para pendukunganya percaya bahwa ini adalah pengajaran yang efektif untuk meningkatkan keahlian dasar murid. Sedangkan para pengkritiknya mengaatakan bahwa cara ini cenderung menimbulkan kelas yang pasif, pembelarajan yang dangkal, kelas yang terlalu kaku, kurangnya perhatian terhadap perkembagan terhadap sosioemosional, motivasi eksternal, penggunaan tugas kelas yang berlebihan, terlalu sedikit belajar untuk dunia rill dan kurangnya pembelajaran kolaboratif dalam kelompok-kelompok.

 

b. Student Centered Learning

            Perencanaan pembelajaran ini fokus pada kelas, bukan pada guru. Prinsip yang digunakan adalah prinsip kognitif dan metakognitif, factor motivasi dan emosional, factor perkembangan sosial, dan factor perbedaan individual.

Pembelajaran berbasis problem menekankan pada pembelajaran dunia rill. Kurikulum berbasis problem menghubungkan murid dengan problem autentik. Pembelajaran berbasis problem berfokus pada diskusi kelompok kecil ketimbang pengajaran. Murid mengidentifikasi isu yang akan mereka kaji, dan guru bertindak sebagai pembimbing, membantu merid memonitor upaya pemecahan masalah mereka. Pembelajaran penemuan didesain agar murid mau berpikir sendiri, mengetahui bagaimana pengethuan disusun, untuk memicu rasa ingin tahu murid dan memotivasi penelitian.

Metode dalam SCL :

a. Small Group Discussion

            Diskusi merupakan salah satu elemen belajar secara aktif dan merupakan bagian dari banyak model pembelajaran SCL yang lain, seperti CL, CbL, PBL dan lain-lain. Di dalam kelas, kita dapat meminta para mahasiswa untuk membuat kelompok kecil (misalnya 5 – 10 orang) untuk mendikusikan bahan yang dapat diberikan oleh dosen ataupu bahan yang diperoleh sendiri oleh anggota kelompok tersebut.

            Metode ini dapat digunakan ketika akan menggali ide, menyimpulkan poin penting, mengakses tingkat skill dan pengetahuan mahasiswa, mengkaji kembali topik di kelas sebelumnya, membandingkan teori, isu dan interprestasi, dapat juga untuk menyelesaikan masalah.

            Apa yang akan di dapat oleh mahasiswa, ketika metode ini diterapkan di kelas? Mahasiswa akan belajar untuk menjadi pendengar yang baik, bekerjasama untuk tugas bersama, memberikan dan menerima umpan balik yang konstruktif, menghormati perbedaan pendapat, mendukung pendapat dengan bukti, serta menghargai sudut pandang yang bervariasi.

b. Simulation

            Simulasi adalah model yang membawa situasi yang mirip dengan sesungguhnya ke dalam kelas. Misalnya simulasi sebagai seorang manajer atau pemimpin, mahasiswa diminta untuk membuat perusahaan fiktif, kemudian di minta untuk berperan sebagai manajer atau pemimpin dalam perusahaan tersebut.

Simulasi ini dapat berbentuk permainan peran (role playing). Permainan-permainan simulasi dan lain-lain.

            Apa manfaat dari model ini? Simulasi ini dapat mengubah cara pandang (mindset)mahasiswa dengan jalan: mempraktekkan kemampuan umum (dalam komunikasi verbal dan nonverbal), mempraktekkan kemampuan khusus mempraktekkan kemampuan tim, mengembangkan kemamapuan menyelesaikan masalah, mengembangkan kemampuan empati dan lain-lain.

c. Discovery Learning (DL)

            DL adalah metode belajar yang difokuskan pada pemanfaatan informasi yang tersedia, baik yang diberikan dosen maupun yang dicari sendiri oleh mahasiswa, untuk membangun pengetahuan dengan cara belajar mandiri.

            Metode ini dapat dilakukan misalnya dengan memberikan tugas kepada mahasiswa untuk memperoleh bahan ajar dari sumber-sumber yang dapat diperoleh melalui internet atau melalui buku, Koran, majalah dan lain sebagainya.

d. Self Directed Learning (SDL)

            SDL adalah proses belajar yang dilakukan atas inisiatif individu mahasiswa sendiri. Mahasiswa sendiri yang merencanakan, melaksanakan dan menilai sendiri terhadap pengalaman belajar yang telah dijalani, dilakukan semuanya oleh individu yang bersangkutan.

            Peran dosen dalam metode ini hanya bertindak sebagai fasilitator, yang memberi arahan, bimbingan dan konfirmasi terhadap kemajuan belajar yang telah dilakukan individu mahasiswa tersebut.

            Manfaat dari metode ini adalah menyadarkan dan memberdayakan mahasiswa, bahwa belajar adalah tanggung jawab mereka sendiri. Individu mhasiswa didorong untuk bertanggung jawab terhdapa semua fikiran dan tindakan yang dilakukannya.

            Untuk dapat menerapkan metode ini, sebelumnya kita harus dapat memenuhi asumsi bahwa kemampuan mahasiswa semestinya bergeser dari orang yang tergantung pada orang lain menjadi individu yang mampu belajar mandiri.

e. Cooperative Learning (CL)

            CL merupakan metode belajar berkelompok yang dirancang oleh dosen untuk memecahkan suatu masalah/kasus atau mengerjakan suatu tugas. Kelompok ini terdiri dari atas beberapa orang mahasiswa yang memiliki kemampuan akademik yang beragam.

            Metode ini sangat terstruktur, karena pembentukan kelompok, materi yang dibahas, langkah-langkah diskusi serta produk akhir yang harus dihasilkan, semuanya ditentukan dan dikontrol oleh dosen. Mahasiswa hanya mengikuti prosedur diskusi yang dirancang oleh dosen.

            CL bermanfaat untuk membantu menumbuhkan dan mengasah kebiasaan belajar aktif pada diri mahasiswa, rasa tanggungjawab individu dan kelompok mahasiswa, kemampuan dan ketrampilan bekerjasama antar mahasiswa, dan keterampilan sosial mahasiswa.

f. Collaborative Learning (CbL)

            CbL adalah metode belajar yang menitikberatkan pada kerja sama antar mahasiswa yang didasarkan pada consensus yang dibangun sendiri oleh anggota kelompok. Masalah/tugas/kasus memang berasal dari dosen dan bersifat open ended, tetapi pembentukan kelompok yang didasarkan pada minat, prosedur kerja kelompok, penentuan waktu dan tempat diskusi/kerja kelompok, sampai dengan bagaimana hasil diskusi/kerja kelompok ingin dinilai oleh dosen, semuanya ditentukan melalui consensus bersama antar anggota kelompok.

g. Contextual Instruction (CI)

            CI adalah konsep belajar yang membantu dosen mengaitkan isi mata kuliah dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari dan memotivasi mahasiswa untuk membuat keterhubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota masyarakat, pelaku kerja professional atau manajerial, entrepreneur,maupun investor.

            Contoh: apabila kompetensi yang dituntut matakuliah adalah mahasiswa dapat menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses transaksi jual beli, maka dalam pembelajarannya, selain konsep transaksi ini dibahas dalam kelas, juga diberikan contoh dan mendiskusikannya. Mahasiswa juga diberi tugas dan kesempatan untuk terjun langsung di pusat-pusat perdagangan untuk mengamati secara langsung proses transaksi jual beli tersebut, atau bahkan terlibat langsung sebagai salah satu pelakunya, sebagai pembeli misalnya.

h. Project-based Learning (PjBL)

            PjBL adalah metode belajar yang sistematis, yang melibatkan mahasiswa dalam belajar pengetahuan dan ketrampilan melalui proses pencarian/penggalian (inquiry) yang panjang dan terstruktur terhadap pertanyaan yang otentik dan kompleks serta tugas dan produk yang dirancang dengan sangat hati-hati

i. Problem-based Learning/Inquiry (PBL/I)

PBL/I adalah belajar dengan memanfaatkan masalah an mahasiswa harus melakukan pencarian/penggalian informasi (inquiry) untuk dapat memecahkan masalah tersebut.

Pada umumnya, terdapat empat langkah yang perlu dilakukan mahassiwa dalam PBL/I, yaitu:

a. Menerima masalah yang relevan dengan salah satu/beberapa kompetensi yang dituntut mata kuliah, dari dosennya.

b. Melakukan pencarian data dan infromasi yang relevan untuk memecahkan masalah

c. Menata data dan mengaitkan data dengan masalah

d. Menganalisis strategi pemecahan masalah.

Sekarang, kita sudah mendapatkan sedikit gambaran mengenai metode-metode pembelajaran dalam SCL, selanjutnya kita dapat mengembangkan ide kita masing-masing untuk dapat menerapkan metode-metode tersebut di dalam kelas perkuliahan yang kita ampu. Tentu saja tidak semua metode-metode tersebut dapat kita terapkan, tergantung juga pada mata kuliah yang kita ajarkan. Namun demikian kita dapat menerapkan metode tersebut sesuai dengan mata kuliah yang kita ajarkan.

Diharapkan juga setelah mencoba menggunakan salah satu metode-metode di atas kita dapat mengevaluasi hasil sebelum dan sesudah. Apakah terdapat perubahan dalam hal penilaian mahasiswa terhadap dosen, penilaian dosen terhadap mahasiswa, ataupun sikap mahasiswa dalam menerima perkuliahan di kelas.

Jika Bapak/Ibu dosen sudah menerapkan salah satu atau beberapa metode di atas, kemudian mengevaluasi dan mendapatkan suatu kemajuan atau keberhasilan, diharapkan dapat membagikan atau mensharingkan pengalamannya kepada dosen-dosen lain, siapa tahu kita mendapat insight dalam memajukan metode pembelajaran di kelas.

 

5. Pengelolaan Kelas

PANDANGAN TENTANG MANAJEMEN KELAS

Pandangan lama menekankan pada penciptaan dan pengaplikasian aturan untuk mengontrol tindak tanduk murid. Pandangan yang baru memfokuskan pada kebutuhan murid untuk mengembangkanhubungan dan kesempatan untuk menata diri (Kennedy,dd,2001). Manajemen kelas yang mengorientasikan murid pada sikap pasif dan patuh pada aturan ketat dapat melemahkan keterlibatan murid dalam pembelajaran aktif, pemikiran, dan kontruksi pengetahuan sosial.(Charles & Senter, 2002)

 

TUJUAN

·         murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar

·         Mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan,

·         Mencegah murid mengalami problem akademik dan emosional

 

 

MENDESAIN LINGKUNGAN FISIK KELAS

Prinsip penataan kelas

1.      Kurangi kepadatan di tempat lalu-lalang

2.      Pastikan anda dapat dengan mudah melihat semua murid

3.      Materi pengajaran dan perlengkapan murid harus mudah diakses

4.      Pastikan murid dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas

 

Gaya penataan

1.      Gaya auditorium gaya susunan kelas dimana semua murid duduk menghadap guru

2.      Gaya tatap muka gaya susuna kelas dimana murid saling menghadap

3.      Gaya off-set gaya susunan kelas dimana sejumlah murid (biasanya tiga atau empat anak) duduk di bangku, tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain

4.      Gaya seminar gaya susuna kelas dimana sejumlah besar murid (sepuluh atau lebih) duduk disusunan berbentuk lingkaran , atau persegi, atau bentuk U

5.      klaster gaya susunan kelas dimana sejumlah murid (biasanya empat sampai delapan anak) bekerja sama dalam kelompok kecil

 

OBJEK PENELITIAN

            Yang menjadi objek dalam observasi ini adalah Siswa dan siswi kelas X program Internasional SMA Swasta Kristen Methodist 1, Medan. Jumlah keseluruhan siswa 12 orang terdiri atas 7 orang siswa dan 5 orang siswi. Observasi dilaksanakan pada saat mata pelajaran Bahasa Indoensia yang diajarkan oleh seorang bapak guru. Tidak adap pertimbangan khusus mengapa kelas yang diobservasi merupakan kelas dengan program internasional pada jam pelajaran bahasa Indonesia.

 

JADWAL PELAKSANAAN

Observasi dilaksanakan pada hari Kamis, 23 Mei 2013.Observasi dilaksanakan pada jam terakhir pembelajaran, yaitu pada pukul 12.00 sampai dengan 13.30.

 

PELAKSANAAN

Berikut ini susunan pelaksanaan kegiatan observasi :

Waktu
Kegiatan
12.00 – 12.05
Memasuki ruangan observasi dan memperkenalkan diri
12.05 – 13.30
Melakukan observasi
13.30 - 13.40
Wawancara dengan guru dan murid

 

LAPORAN PENELITIAN

1. Pelaksanaan E-Learning

            Pelaksanaan e-learning di SMA Methodist 1 baru berjalan efektif selama 5 tahun, sistem e-learning ini berjalan dengan cukup baik. Hanya saja konsep e-learningyang digunakan lebih kepada konsep e-learning offline. Hal ini disebabkan oleh fasilitas sekolah yang kurang memadai.

            Berdasarkan observasi, sekolah telah menyediakan seperangkat komputer dan proyektor di ruang kelas. Kedua alat inilah yang digunakan untuk pelaksanaan e-learning. Yang menjadi kendala dalam pelaksanaan e-learning adalah tidak berfungsinya wi-fi dengan baik, sehingga menyulitkan kelas untuk melakukan pencarian informasi yang mendukung pembelajaran. Selain itu, jika terjadi pemadaman listrik pembelajaran juga akan beralih kembali ke konsep manual karena ketiadaan genset.

            E-learning yang dilaksanakan secara umum masih sederhana. Guru menjelaskan kepada murid dengan menggunakan proyektor yang menampakkan bahan ajar atau murid yang melakukan presentasi dihadapan murid lain dan guru. Sistem yang masih sederhana ini juga dikarenakan oleh fasilitas dari sekolah yang masih kurang memadai, selain tidak ada wi-fi sekolah juga tidak dilengkapi dengan website sekolah yang menyediakan berbagai bahan ajar dan e-library.

            Menurut wawarncara kepada salah satu guru, pada masa awal penerapan e-learning sekolah dilengkapi dengan wi-fi dan website hanya saja kurangnya perawatan menyebabkan terhentinya penggunaan wi-fi dan kurang di updatenya website. Namun, untuk menyiasati ketiadaan wi-fi, murid dan guru berinisiatif untuk menggunakan modem yang dimiliki siswa untuk mencari informasi yang mendukung pembelajaran.

 

2. Pengelolaan Kelas

            Gaya penataan kelas yang digunakan adalah auditoium, yang mana seluruh murid duduk menghadap guru. Gaya ini sangat mendukung pelaksanaan e-learning yang dimana secara umum, guru atau siswa melakukan presentasi di depan kelas. Jadi, dengan gaya penataan ini, seluruh murid akan memperhatikan oknum yang berdiri di depan kelas.

            Lingkungan kelas yang diciptakan lebih mengarah pada penggunaan gaya manajemen kelas otoritatif, yaitu gaya yang melibatkan murid dalam kerja sama give-and-take dan menunjukkan sikap perhatian kepada siswa (Santrok:2011). Guru juga menjelaskan aturan dan regulasi, menentukan standar dan dengan masukan dari murid. Gaya manajemen kelas ini sangat didukung oleh jumlah murid yang hanya 12 orang, sehingga guru dapat memberikan perhatian kepada setiap murid.

            Penggunaan gaya tersebut juga didukung dengan penggunaan ruangan kelas yang tidak terlalu luas, akan tetapi menjadi sedikit ganjil, karena dalam ruangan kelas terdapat kursi dan meja yang jumlahnya melebihi jumlah siswa dan tidak tertata dengan baik, selain itu pendingin ruangan yang ada tidak berfungsi dengan baik, kelas juga kurang bersih dan tertata.

 

3. Perencanaan Pembelajaran

            Berdasarkan observasi, perencanaan pembelajaran yang dipergunakan adalah Teacher Centered Learning, perencanaan ini tampak jelas selama observasi, karena guru memberikan arahan yang semua berpusat pada guru. Dalam mengajar guru menggunakan motode ceramah dan dilanjutkan dengan respon murid.Namun, berdasarkan wawancara pada guru, metode yang digunakan bervariasi. Perencanaan pembelajaran Student Centered Learning juga terkadang dipergunakan, namun teacher centered learning lebih mendominasi.

 

4. Pendekatan Pembelajaraan

            Dalam pembelajaran, pemberian reward dan punishmentsangatlah berpengaruh. Pengaruh pemberian rewarddan punishment sangat mempengaruhi siswa, yang mana kelas menjadi sangat aktif. Berdasarkan wawancara kepada salah satu siswa, kelas menjadi sangat bersemangat karena ada nilai tambahan (reward) bagi setiap siswa yang aktif dikelas.

            Selain itu, rata-rata siswa memiliki keinginan yang kuat untuk mampu menguasai pelajaran dan meraih juara. Aspek-aspek tersebut sangat mempengaruhi proses pembelajaran yang berlangsung dikelas. Bisa dikatakan pendekatan pembelajran behavioral dan kognitif berlangsung didalam kelas yang diobservasi tersebut.

 

5. Motivasi

Motivasi belajar yang dimiliki siswa selama observasi sangatlah baik. Siswa sangat tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran, walau waktu sudah waktu sudah menunjukkan jam pulang sekolah, disamping guru juga mengkondisikan kelas menjadi sangat menarik.

Berdasarkan wawancara kepada murid-murid yang diobservasim diketahui bahwa mereka memang memiliki motivasi intrinsik dan ekstrinsik dalam diri masing-masing. Secara umum motivasi intrinsiknya adalah untuk menguasai materi yang diajarkan dan motivasi ekstrinsiknya adalah untuk memperoleh nilai yang memuaskan dan meraih juara.

Berkaitan dengane-learning para siswa mengaku lebih bersemangat belajar dengan menggunakan sistem e-learning. Selain lebih praktis, siswa merasa lebih mudah untuk mendapatkan materi tambahan materi yang diberikan oleh guru, para siswa juga merasa lebih mudah memahami materi yang diajarkan dengan metode e-learning dikarenakan dengan metode tersebut siswa dapat melihat gambar, tabel, video dan diagram yang mendukung untuk memahami suatu materi. Secara umum siswa sangat bersemangat walaupun dengan berbagai hambatan yang dijelaskan sebelumnya diatas.

 

RANGKUMAN HASIL OBSERVASI

1. Rangkuman Kelompok

            Sistem e-learning telah berjalan cukup lama di SMA Methosdist 1 Medan, fasilitas yang ada sudah cukup memadai untuk melakukan pembelajaran dengan konsep e-learning offline. Pengelolaan kelas, perencanaan pembelajaran dan pendekatan pemberlajaran yang digunakan juga saling terkait dan saling mendukung dalam pelaksanaan pembelajaran.

            Motivasi siswa dalam belajar juga sangat mendukung berjalannya sistem pembelajaran ini, walaupun ada aspek-aspek kecil yang kurang diperharikan seperti keadaan kelas yang kurang ergonomis dan kekurangan fasilitas. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa pembelajaran yang berlangsung di SMA Methodist 1 Medan tidak jauh dari efektif.

 

2. Rangkuman Pribadi

            Pembelajaran dengan konsep e-learning merupakan konsep yang sudah dimulai sejak beberapa decade yang lalu. Pembelajaran dengan konsep ini sudah dipergunakan di banyak sekolah. Salah satunya SMA Swasta Kristen Methodist 1 Medan. Konsep e-learning yang dipergunakan di sekolah tersebut adalah konsep e-learning offline, yang mana perangkat teknologi yang dipergunakan tidak terintegrasi dengan internet.

            Secara umum, penggunaan teknologinya sudah baik. Fasilitas yang ada juga cukup lengkap. Perencanaan pembelajaran yang dipergunakan adalah Teacher Centered Learning, namun perencanaan pembelajaran ini tidak menyebabkan suasana kelas menjadi kaku, tetapi dengan metode mengajar yang digunakan kelas tetap interaktif. Pengelolaan kelas adalah dengan menggunakan pola auditorium yang mendukung terlaksananya manajemen kelas yang otoritatif.

 

TESTIMONI TENTANG PERENCANAAN DAN PROSES OBSERVASI

 

YOSHINTA GRACIA E LUMBANBATU (12-032): Menurut saya, perencanaan dan proses observasi berjalan dengan baik. Segala sesuatunya berjalan sesuai dengan rencana. Memang ada beberapa masalah kecil yang muncul secara tidak terduga, namun tidak begitu mengganggu jalannya observasi.

 

CLAUDIA GENEROSA ARUAN (12-068) :Menyenangkan akhirnya bisa menyelesaikan tugas observasi ini dengan baik. Mulai dari pencarian sekolah, penyetujuan dari kepala sekolah, hingga pelaksanaan observasi. Kebetulan kami diizinkan untuk mengobservasi ke kelas internasional. Jadi saya berpikir berarti pembelajaran e-learning yang diterapkan pada mereka pasti lebih baik. Guru yang ada disekolah itu juga ramah-ramah dan bersahabat. Oleh karena itu saya pribadi merasa cukup puas saat melakukan tugas observasi tersebut. Siswa-siswa dikelas tersebut juga baik-baik dan sopan. Saat kami mewawancarai, mereka sangat berpartisipasi dengan baik. Sekian

 

MARIA A SIMANJUNTAK (12-042) : Ketika mendapat tugas observasi ini awalnya bingung, karena saya kurang begitu tertarik dengan tugas ini. Pertama , awalnya kami bingung mencari sekolah yang akan diobservasi, belum lagi surat izinnya. Namun, setelah dilalui ternyata menyenangkan, banyak hal yang saya dapat dari observasi e-learning ini. Awal masuk ke kelas , gugup juga karena saya tidak terlalu lihai dalam berinteraksi dengan mereka, namun semua dapat terselesaikan. Dalam observasi ini kami membagi tugas, dan saya dapat bagian Manajemen Kelas, dimana saya mengamati struktur kelas mereka, pola pengajaran guru, gaya penataan kelas, dan lain-lain. Ternyata gaya pembelajaran saat sudah sangat canggih dan banyak mengandalkan media elektronik seperti internet,proyektor, dan lain-lain. Belum lagi yang kami observasi kelas internasional di Methodist 1 Medan. Sungguh sangat berbeda dengan cara belajar saya saat menduduki bangku sekolah. Diharapkan dengan adanya program e-learningini, maka para siswa agar lebih efektif belajar dan dapat menggunakannya untuk kepentingan pembelajaran.

ABELLA SARAGIH (12-078) : Saya merasa senang dan bangga karena untuk pertama kalinya saya melakukan observasi ini. Temen-temen dan guru dimethodist juga sangat ramah dan sangat baik dalammenerima kami untuk melakukan observasi ini. Mereka sangat membantu dan menganggap serius tugas yang kami lakukan tersebut. Suasana kelas juga cukup mendukung kami dalam melakukan observasi ini. Murid-muridnya ikut berpartisipatif dalam penyelesaian tugas ini. 

 

MEGAWATY MAYA SHINTA MUNTHE (12-038): Saya merasa observasi pendidikan ini menarik karena ini merupakan pengalaman pertama melakukan tugas observasi. Awalnya saya sangat merasa cukup mengerti bagaimana cara observasi. Namun, ketika dipraktekkan cukup agak rumit dan tantangannya adalah menilai secara objektif apa yang dilihat. Akhirnya setelah lama berpikir di dalam kelas dan mencoba untuk menilai motivasi belajar siswa selama observasi, saya akhirnya dapat membuat hasil observasi. Keadaan siswa yang cukup aktif dalam menanggapi kami sebagai obeserver pada akhir pelajaran juga menambah semangat saya dalam melakukan tugas observasi ini.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar