IDENTITAS SEKOLAH
Nama Sekolah : SMA Swasta Kristen
Methodist 1
Alamat : Jl. Hang Tuah No.1,
Medan
Uang Sekolah : Rp1.000.000,00
Konsep e-Learning : Offline
Sejak Kapan e-Learning : 2008
URAIAN AKTIVITAS
OBSERVASI
Hari dan Tanggal : Kamis, 23 Mei
2013
WaktuPelaksanaan : 90 menit (
12.00 – 13.30 WIB)
Unit Observasi : Penggunaan
E-Learning
Unit Lain Observasi : Motivasi, Pendekatan Pembelajaran, Perencanaan
Pembelajaran dan Pengelolaan Kelas.
Narasumber : B. Sitorus
Pembagian Tugas : Yoshinta :
e-Learning dan Identitas Sekolah
Megawati :
Motivasi
Maria :
Pengelolaan kelas
Claudia :
Pendekatan pembelajaran
Abella :
Perencanaan pembelajaran
HASIL OBSERVASI
PENDAHULUAN
Psikologi pendidikan merupakan salah satu cabang ilmu psikologi yang
mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam
lingkungan pendidikan (Santrock : 2011). Oleh karena itu, pada masa ini,
psikologi pendidikan memiliki peran yang sangat penting bagi guru dan dosen
(pendidik) dalam melaksanakan pengajaran dan bagi peserta didik dalam
melaksanakan proses pembelajaran.
Iskandar (2009) dalam bukunya menjelaskan, dengan memahami psikologi
pendidikan seorang guru atau dosen (pendidik) melalui pertimbangan-pertimbangan
psikologisnya diharapkan dapat merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat,
memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai, memberikan bimbingan hingga
konseling, memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik, menciptakan
iklim belajar yang kondusif, berinteraksi secara tepat dengan siswanya dan
menilai atau mengevaluasi hasil pembelajaran yang adil.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa bidang kajian
psikologi pendidikan, yaitu mempelajari bagaimana manusia belajar dalam setting
pendidikan, keefektifan sebuah pengajaran, cara mengajar dan pengelolaan
organisasi sekolah dan kelas. Maka, masalah utama dalam psikologi pendidikan adalah
masalah belajar dan mengajar sebagai operasional dalam usaha pendidikan.
Jadi, secara khusus psikologi pendidikan akan menyorot tentang perilaku
pendidik (guru dan dosen) yang mengajar dan pesrta didik (murid, siswa atau
mahasiswa) yang menjalani proses pembelajaran berhubungan dengan proses
pendidikan.
Salah satu aspek yang tidak dapat dilupakan dan dilepaskan dalam pendidikan
adalah teknologi. Segala aspek kehidupan manusia kini telah berkaitan dengan
psikologi, bukan hanya dalam pendidikan saja. Penerapan teknologi dalam dunia
pendidikan sudah dimulai sejak beberapa decade yang lalu, walaupun teknologi
yang dipakai masih sederhana dan berubah dengan lambat. Namun, beberapa tahun
terakhir, perkembangan teknologi sudah semakin pesat, berbagai alat dan progam
telah diciptakan untuk membantu proses pembelajaran.
LANDASAN TEORI
1. E-Learning
Murid-murid dewasa ini tumbuh di dunia yang jauh berbeda dengan dimasa
ketika orang tua dan kakek mererka masih menjadi murid. Jika murid ingin siap
kerja, teknologi harus menjadi bagian integral dari sekolah dan pelajaran kelas
(Earle, 2002; Geisert & Futrell, 2000; Sharp, 2002 dalam Santrock, 2011).
Teknologi telah menjadi bagian dari sekolah selama beberapa decade, tetapi
teknologi masih dipakai secara sederhana dan berubah dengan lamban. Namun, kini
teknologi berubah secara dramatis (Santrock:2011) perkembangan penggunaan
teknologi dalam dunia pendidikan berkembang begitu pesat baik secara kuantitas
dan kualitas.
Perkembangan tersebut tampak
dengan pengadaan computer dan berbagai alat berbasis teknologi
disekolah-sekolah, dimasukkannya pelajaran teknologi, informasi dan komunikasi
kedalam kurikulum dan pelatihan penggunaan teknologi dalam dunia pendidikan
bagi para guru.
Namun, perkembangan ini tidak terjadi secara merata. Nyatanya, masih banyak
guru yang tidak memiliki pengetahuan yang memadai dalam menggunakan computer,
dan banyak sekolah uang tidak menyediakan workshop atau pelatihan yang
dibutuhkan. Dan dengan perkembangan teknologi yang pesat, computer yang dibeli
sekolah menjadi cepat ketinggalan zaman. Bahkan ada yang rusak dan perlu
diperbaiki (Baines, Deluzain, & Stanleu, 1999).
Dalam penggunaannya, antar
computer terkoneksi dengan jaringan yang bernama internet yang akan
menghubungkan antar computer. Sistem ini menyediakan informasi yang tidak
terbatas dan dapat diakses dengan mudah. Dalam banyak kasus, computer menyimpan
lebih banyak informasi dan masih lebih baru dibandingkan dengan buku.
Sistem informasi hypermediayang menghubungkan berbagai ,materi di
internet dalam upaya pengambilan informasi bernama world wide web.
Sistem ini memberikan struktur yang dibutuhkan internet. Website adalah lokasi
individu atau organisasi di internet, websitelah yang menampilkan
informasi yang dimasukkan oleh individu atau organisasi. Email atau electronic
mail adalah bagian penting dari internet. Pesan dapat dikirim dan diterima
individu melalui sistem yang bernama email ini. Fasilitas yang telah ada ini
dapat mempermudah jalannya proses pendidikan, karena pendidik dan peserta didik
akan lebih mudah untuk search and share informasi yang berkaitan
dengan pendidikan.
2. Motivasi
·
DEFENISI
Motivasi adalah suatu proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan
perilaku. Dimana perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi,
terarah dan bertahan lama.
·
PERSPEKTIF TENTANG MOTIVASI
Perspektif behavoiral
Perspektif ini menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dlam
menentukan motivasi murid. Insentif adalah peristiwa atau stimuli positif atau
negatif yang dapat memotivasi peilaku murid
Perspektif humanistis
Perspektif ini menekankan pada kapasitas murid untuk memilih nasib mereka.
Perspektif ini berkaitan dengan pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar
tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi.
Perspektif kognitif
Perspektif ini menekankan bahwa murid akan memandu motivasi mereka, artinya
agar murid diberi lebih banyak kesempatan dan tanggungjawab untuk mengontrol
hasil prestasi mereka.
·
JENIS MOTIVASI
Motivasi Intrinsik àmelakukan sesuatu untuk
mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai sesuatu) . motivasi intinsik
sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan atau hukuman. Conoth
: murid mungkin belajar keras untuk mendapatkan nilai yang baik.
Motivasi Ekstrinsik àmotivasi internal untuk
melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Contoh : murid
belajar menghadapi ujian karena ia senang senang dengan pelajaran yang diuji
tersebut.
3.Pendekatan Pembelajaran
Pembelajaran merupakan fokus utama dalam pendidikan. Pembelajaran adalah
pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuaan dan keterampilan berpikir yang
diperoleh melalui pengalaman. Pembelajaran itu melibatkan perilaku akademik dan
non-akademik. Pembelajaran berlangsung di sekolah dan di mana saja di seputar
dunia anak.
Berikut ini beberapa pendekatan
untuk pembelajaran :
·
Pendekatan Behavioral
Behaviorisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa perilaku harus
dijelaskan melalui pengalaman yang diamati, bukan dengan proses mental. Proses
mental didefenisikan psikolog sebagai pikiran, perasaa, dan motif kita alami
namun tidak dapat dilihat oleh oranglain. Menurut behavioris, pemikiran,
perasaan, dan motif ini bukan subjek yang tepat untuk ilmu perilaku sebab,
semuanya itu tidak dapat diobservasi secara langsung. Pengkondisian klasik dan
operan yang merupakan dua pandangan behavioran menekankan pembelajaran
asosiatif, yang terdiri dari pembelajaran dua kejadian yang saling terkait (asosiated)
·
Pendekatan Kognitif
Ada 4 pendekatan kognitif utama dalam pembelajaran yaitu :
a.
Kognitif sosial à menekankan
bagaimana factor perilaku, lingkungan, dan orang (kognitif) saling berinteraksi
mempengaruhi proses pembelajaran.
b.
Pemprosesan informasi
àmenitikberatkan pada bagaimana anak memproses informasi melalui perhatian,
ingatan, pemikiran, dan proses kognitif lainnya.
c.
Konstruktivis kognitif
àmenekankan kontruksi kognitif terhadap pengetahuan dan pemahaman
d.
Kontruktivis sosial àfokus pada
kolaborasi dengan orang lain untuk menghasilkan pengetahuan dan pemahaman
4. Perencanaan Pembelajaran
a. Teacher Centered Learning
Teacher Centered Learning atau pengajaran
berorientasi pada guru, pembelajaran ini mencakup pembuatan sasaran perilaku,
analisis tugas dan mengembangkan taksonomi intruksional. Sasaran behavioral
adalah pernyataan yang berisi upaya mengubah perilaku murid untuk mencapai
level kinerja yang diharapkan. Analisis tugas difokuskan pada pembagian
tugas-tugas kompleks menjadi bagian-bagian komponen.
Pengajaran langsung adalah
pendekatan berorientasi guru yang terstruktur, dimana guru mengatur dan
mengontrol, mengharapkan kemajuan murid, memaksimalkan waktu murid untuk
tugas-tugas akdemik, dan menekan sikap negative sampai ke tingkat minimum.
Penggunaan materi non-akademik tidak terlalu ditekankan, demikian pula dalam
interaksi guru-murid diluar orientasi akademik.
Strategi intruksional yang berpusat pada guru mencakup mengorientasikan
murid; mengajar, menjelaskan dan menunjukkan; pertanyaan dan diskusi;
penguasaan; tugas dikelas; dan pekerjaan rumah. Sebelum menyajikan dan
menerangkan materi baru, buatlah kerangka pelajaran. Cara terbaik adalah dengan
menyusun rencana lebih dahulu. Guru yang efektif menghabiskan banyak waktu
untuk menjelaskan dan mendemonstrasikan materi baru. Pelajaran yang efektif
memiliki sejumlah cirri, seperti perencanaan lebih awal, latihan soal secara
teratur, dan lain-lain.
Instruksi yang berpusat pada guru adalah teknik yang berguna dan para
pendukunganya percaya bahwa ini adalah pengajaran yang efektif untuk
meningkatkan keahlian dasar murid. Sedangkan para pengkritiknya mengaatakan
bahwa cara ini cenderung menimbulkan kelas yang pasif, pembelarajan yang
dangkal, kelas yang terlalu kaku, kurangnya perhatian terhadap perkembagan
terhadap sosioemosional, motivasi eksternal, penggunaan tugas kelas yang
berlebihan, terlalu sedikit belajar untuk dunia rill dan kurangnya pembelajaran
kolaboratif dalam kelompok-kelompok.
b. Student Centered Learning
Perencanaan pembelajaran ini fokus pada kelas, bukan pada guru. Prinsip
yang digunakan adalah prinsip kognitif dan metakognitif, factor motivasi dan
emosional, factor perkembangan sosial, dan factor perbedaan individual.
Pembelajaran berbasis problem
menekankan pada pembelajaran dunia rill. Kurikulum berbasis problem
menghubungkan murid dengan problem autentik. Pembelajaran berbasis problem berfokus
pada diskusi kelompok kecil ketimbang pengajaran. Murid mengidentifikasi isu
yang akan mereka kaji, dan guru bertindak sebagai pembimbing, membantu merid
memonitor upaya pemecahan masalah mereka. Pembelajaran penemuan didesain agar
murid mau berpikir sendiri, mengetahui bagaimana pengethuan disusun, untuk
memicu rasa ingin tahu murid dan memotivasi penelitian.
Metode dalam SCL :
a. Small Group Discussion
Diskusi merupakan salah satu elemen belajar secara aktif dan merupakan
bagian dari banyak model pembelajaran SCL yang lain, seperti CL, CbL, PBL dan
lain-lain. Di dalam kelas, kita dapat meminta para mahasiswa untuk membuat
kelompok kecil (misalnya 5 – 10 orang) untuk mendikusikan bahan yang dapat
diberikan oleh dosen ataupu bahan yang diperoleh sendiri oleh anggota kelompok
tersebut.
Metode ini dapat digunakan ketika akan menggali ide, menyimpulkan poin
penting, mengakses tingkat skill dan pengetahuan mahasiswa, mengkaji
kembali topik di kelas sebelumnya, membandingkan teori, isu dan interprestasi,
dapat juga untuk menyelesaikan masalah.
Apa yang akan di dapat oleh mahasiswa, ketika metode ini diterapkan di
kelas? Mahasiswa akan belajar untuk menjadi pendengar yang baik, bekerjasama
untuk tugas bersama, memberikan dan menerima umpan balik yang konstruktif,
menghormati perbedaan pendapat, mendukung pendapat dengan bukti, serta
menghargai sudut pandang yang bervariasi.
b. Simulation
Simulasi adalah model yang membawa situasi yang mirip dengan sesungguhnya
ke dalam kelas. Misalnya simulasi sebagai seorang manajer atau pemimpin,
mahasiswa diminta untuk membuat perusahaan fiktif, kemudian di minta untuk
berperan sebagai manajer atau pemimpin dalam perusahaan tersebut.
Simulasi ini dapat berbentuk permainan peran (role playing).
Permainan-permainan simulasi dan lain-lain.
Apa manfaat dari model ini? Simulasi ini dapat mengubah cara pandang (mindset)mahasiswa
dengan jalan: mempraktekkan kemampuan umum (dalam komunikasi verbal dan
nonverbal), mempraktekkan kemampuan khusus mempraktekkan kemampuan tim,
mengembangkan kemamapuan menyelesaikan masalah, mengembangkan kemampuan empati
dan lain-lain.
c. Discovery Learning (DL)
DL adalah metode belajar yang difokuskan pada pemanfaatan informasi yang
tersedia, baik yang diberikan dosen maupun yang dicari sendiri oleh mahasiswa,
untuk membangun pengetahuan dengan cara belajar mandiri.
Metode ini dapat dilakukan misalnya dengan memberikan tugas kepada
mahasiswa untuk memperoleh bahan ajar dari sumber-sumber yang dapat diperoleh
melalui internet atau melalui buku, Koran, majalah dan lain sebagainya.
d. Self Directed Learning (SDL)
SDL adalah proses belajar yang dilakukan atas inisiatif individu mahasiswa
sendiri. Mahasiswa sendiri yang merencanakan, melaksanakan dan menilai sendiri
terhadap pengalaman belajar yang telah dijalani, dilakukan semuanya oleh
individu yang bersangkutan.
Peran dosen dalam metode ini hanya bertindak sebagai fasilitator, yang
memberi arahan, bimbingan dan konfirmasi terhadap kemajuan belajar yang telah
dilakukan individu mahasiswa tersebut.
Manfaat dari metode ini adalah menyadarkan dan memberdayakan mahasiswa,
bahwa belajar adalah tanggung jawab mereka sendiri. Individu mhasiswa didorong
untuk bertanggung jawab terhdapa semua fikiran dan tindakan yang dilakukannya.
Untuk dapat menerapkan metode ini, sebelumnya kita harus dapat memenuhi
asumsi bahwa kemampuan mahasiswa semestinya bergeser dari orang yang tergantung
pada orang lain menjadi individu yang mampu belajar mandiri.
e. Cooperative Learning (CL)
CL merupakan metode belajar berkelompok yang dirancang oleh dosen untuk
memecahkan suatu masalah/kasus atau mengerjakan suatu tugas. Kelompok ini
terdiri dari atas beberapa orang mahasiswa yang memiliki kemampuan akademik
yang beragam.
Metode ini sangat terstruktur, karena pembentukan kelompok, materi yang dibahas,
langkah-langkah diskusi serta produk akhir yang harus dihasilkan, semuanya
ditentukan dan dikontrol oleh dosen. Mahasiswa hanya mengikuti prosedur diskusi
yang dirancang oleh dosen.
CL bermanfaat untuk membantu menumbuhkan dan mengasah kebiasaan belajar
aktif pada diri mahasiswa, rasa tanggungjawab individu dan kelompok mahasiswa,
kemampuan dan ketrampilan bekerjasama antar mahasiswa, dan keterampilan sosial
mahasiswa.
f. Collaborative Learning (CbL)
CbL adalah metode belajar yang menitikberatkan pada kerja sama antar
mahasiswa yang didasarkan pada consensus yang dibangun sendiri oleh anggota
kelompok. Masalah/tugas/kasus memang berasal dari dosen dan bersifat open
ended, tetapi pembentukan kelompok yang didasarkan pada minat, prosedur
kerja kelompok, penentuan waktu dan tempat diskusi/kerja kelompok, sampai
dengan bagaimana hasil diskusi/kerja kelompok ingin dinilai oleh dosen,
semuanya ditentukan melalui consensus bersama antar anggota kelompok.
g. Contextual Instruction (CI)
CI adalah konsep belajar yang membantu dosen mengaitkan isi mata kuliah
dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari dan memotivasi mahasiswa untuk
membuat keterhubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan
sehari-hari sebagai anggota masyarakat, pelaku kerja professional atau
manajerial, entrepreneur,maupun investor.
Contoh: apabila kompetensi yang dituntut matakuliah adalah mahasiswa dapat
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses transaksi jual beli, maka
dalam pembelajarannya, selain konsep transaksi ini dibahas dalam kelas, juga
diberikan contoh dan mendiskusikannya. Mahasiswa juga diberi tugas dan
kesempatan untuk terjun langsung di pusat-pusat perdagangan untuk mengamati
secara langsung proses transaksi jual beli tersebut, atau bahkan terlibat
langsung sebagai salah satu pelakunya, sebagai pembeli misalnya.
h. Project-based Learning (PjBL)
PjBL adalah metode belajar yang sistematis, yang melibatkan mahasiswa dalam
belajar pengetahuan dan ketrampilan melalui proses pencarian/penggalian (inquiry)
yang panjang dan terstruktur terhadap pertanyaan yang otentik dan kompleks
serta tugas dan produk yang dirancang dengan sangat hati-hati
i. Problem-based Learning/Inquiry (PBL/I)
PBL/I adalah belajar dengan
memanfaatkan masalah an mahasiswa harus melakukan pencarian/penggalian
informasi (inquiry) untuk dapat memecahkan masalah tersebut.
Pada umumnya, terdapat empat
langkah yang perlu dilakukan mahassiwa dalam PBL/I, yaitu:
a. Menerima masalah yang relevan dengan salah satu/beberapa kompetensi yang
dituntut mata kuliah, dari dosennya.
b. Melakukan pencarian data dan infromasi yang relevan untuk memecahkan
masalah
c. Menata data dan mengaitkan data dengan masalah
d. Menganalisis strategi pemecahan masalah.
Sekarang, kita sudah mendapatkan
sedikit gambaran mengenai metode-metode pembelajaran dalam SCL, selanjutnya
kita dapat mengembangkan ide kita masing-masing untuk dapat menerapkan
metode-metode tersebut di dalam kelas perkuliahan yang kita ampu. Tentu saja
tidak semua metode-metode tersebut dapat kita terapkan, tergantung juga pada
mata kuliah yang kita ajarkan. Namun demikian kita dapat menerapkan metode
tersebut sesuai dengan mata kuliah yang kita ajarkan.
Diharapkan juga setelah mencoba
menggunakan salah satu metode-metode di atas kita dapat mengevaluasi hasil
sebelum dan sesudah. Apakah terdapat perubahan dalam hal penilaian mahasiswa
terhadap dosen, penilaian dosen terhadap mahasiswa, ataupun sikap mahasiswa
dalam menerima perkuliahan di kelas.
Jika Bapak/Ibu dosen sudah
menerapkan salah satu atau beberapa metode di atas, kemudian mengevaluasi dan
mendapatkan suatu kemajuan atau keberhasilan, diharapkan dapat membagikan atau
mensharingkan pengalamannya kepada dosen-dosen lain, siapa tahu kita
mendapat insight dalam memajukan metode pembelajaran di kelas.
5. Pengelolaan Kelas
PANDANGAN TENTANG MANAJEMEN KELAS
Pandangan lama menekankan pada penciptaan dan pengaplikasian aturan untuk
mengontrol tindak tanduk murid. Pandangan yang baru memfokuskan pada kebutuhan
murid untuk mengembangkanhubungan dan kesempatan untuk menata diri (Kennedy,dd,2001).
Manajemen kelas yang mengorientasikan murid pada sikap pasif dan patuh pada
aturan ketat dapat melemahkan keterlibatan murid dalam pembelajaran aktif,
pemikiran, dan kontruksi pengetahuan sosial.(Charles & Senter, 2002)
TUJUAN
·
murid menghabiskan lebih banyak
waktu untuk belajar
·
Mengurangi waktu aktivitas yang
tidak diorientasikan pada tujuan,
·
Mencegah murid mengalami problem
akademik dan emosional
MENDESAIN LINGKUNGAN FISIK KELAS
Prinsip penataan kelas
1.
Kurangi kepadatan di tempat
lalu-lalang
2.
Pastikan anda dapat dengan mudah
melihat semua murid
3.
Materi pengajaran dan
perlengkapan murid harus mudah diakses
4.
Pastikan murid dapat dengan mudah
melihat semua presentasi kelas
Gaya penataan
1.
Gaya auditorium gaya susunan
kelas dimana semua murid duduk menghadap guru
2.
Gaya tatap muka gaya susuna kelas
dimana murid saling menghadap
3.
Gaya off-set gaya susunan kelas dimana
sejumlah murid (biasanya tiga atau empat anak) duduk di bangku, tetapi tidak
duduk berhadapan langsung satu sama lain
4.
Gaya seminar gaya susuna kelas
dimana sejumlah besar murid (sepuluh atau lebih) duduk disusunan berbentuk
lingkaran , atau persegi, atau bentuk U
5.
klaster gaya susunan kelas dimana
sejumlah murid (biasanya empat sampai delapan anak) bekerja sama dalam kelompok
kecil
OBJEK PENELITIAN
Yang menjadi objek dalam observasi ini adalah Siswa dan siswi kelas X
program Internasional SMA Swasta Kristen Methodist 1, Medan. Jumlah keseluruhan
siswa 12 orang terdiri atas 7 orang siswa dan 5 orang siswi. Observasi
dilaksanakan pada saat mata pelajaran Bahasa Indoensia yang diajarkan oleh
seorang bapak guru. Tidak adap pertimbangan khusus mengapa kelas yang
diobservasi merupakan kelas dengan program internasional pada jam pelajaran
bahasa Indonesia.
JADWAL PELAKSANAAN
Observasi dilaksanakan pada hari Kamis, 23 Mei 2013.Observasi dilaksanakan
pada jam terakhir pembelajaran, yaitu pada pukul 12.00 sampai dengan 13.30.
PELAKSANAAN
Berikut ini susunan pelaksanaan kegiatan observasi :
Waktu
|
Kegiatan
|
12.00 – 12.05
|
Memasuki ruangan observasi dan memperkenalkan diri
|
12.05 – 13.30
|
Melakukan observasi
|
13.30 - 13.40
|
Wawancara dengan guru dan murid
|
LAPORAN PENELITIAN
1. Pelaksanaan E-Learning
Pelaksanaan e-learning di SMA Methodist 1 baru berjalan efektif selama 5
tahun, sistem e-learning ini berjalan dengan cukup baik. Hanya saja
konsep e-learningyang digunakan lebih kepada konsep e-learning
offline. Hal ini disebabkan oleh fasilitas sekolah yang kurang memadai.
Berdasarkan observasi, sekolah telah menyediakan seperangkat komputer dan
proyektor di ruang kelas. Kedua alat inilah yang digunakan untuk pelaksanaan e-learning.
Yang menjadi kendala dalam pelaksanaan e-learning adalah tidak
berfungsinya wi-fi dengan baik, sehingga menyulitkan kelas untuk
melakukan pencarian informasi yang mendukung pembelajaran. Selain itu, jika
terjadi pemadaman listrik pembelajaran juga akan beralih kembali ke konsep
manual karena ketiadaan genset.
E-learning yang dilaksanakan secara umum
masih sederhana. Guru menjelaskan kepada murid dengan menggunakan proyektor
yang menampakkan bahan ajar atau murid yang melakukan presentasi dihadapan
murid lain dan guru. Sistem yang masih sederhana ini juga dikarenakan oleh
fasilitas dari sekolah yang masih kurang memadai, selain tidak ada wi-fi
sekolah juga tidak dilengkapi dengan website sekolah yang menyediakan berbagai
bahan ajar dan e-library.
Menurut wawarncara kepada salah satu guru, pada masa awal penerapan e-learning
sekolah dilengkapi dengan wi-fi dan website hanya saja kurangnya
perawatan menyebabkan terhentinya penggunaan wi-fi dan kurang di updatenya
website. Namun, untuk menyiasati ketiadaan wi-fi, murid dan guru
berinisiatif untuk menggunakan modem yang dimiliki siswa untuk mencari
informasi yang mendukung pembelajaran.
2. Pengelolaan Kelas
Gaya penataan kelas yang digunakan adalah auditoium, yang mana
seluruh murid duduk menghadap guru. Gaya ini sangat mendukung pelaksanaan
e-learning yang dimana secara umum, guru atau siswa melakukan presentasi di
depan kelas. Jadi, dengan gaya penataan ini, seluruh murid akan memperhatikan
oknum yang berdiri di depan kelas.
Lingkungan kelas yang diciptakan lebih mengarah pada penggunaan gaya
manajemen kelas otoritatif, yaitu gaya yang melibatkan murid dalam kerja
sama give-and-take dan menunjukkan sikap perhatian kepada siswa
(Santrok:2011). Guru juga menjelaskan aturan dan regulasi, menentukan standar
dan dengan masukan dari murid. Gaya manajemen kelas ini sangat didukung oleh
jumlah murid yang hanya 12 orang, sehingga guru dapat memberikan perhatian
kepada setiap murid.
Penggunaan gaya tersebut juga didukung dengan penggunaan ruangan kelas yang
tidak terlalu luas, akan tetapi menjadi sedikit ganjil, karena dalam ruangan
kelas terdapat kursi dan meja yang jumlahnya melebihi jumlah siswa dan tidak
tertata dengan baik, selain itu pendingin ruangan yang ada tidak berfungsi
dengan baik, kelas juga kurang bersih dan tertata.
3. Perencanaan Pembelajaran
Berdasarkan observasi, perencanaan pembelajaran yang dipergunakan adalah Teacher
Centered Learning, perencanaan ini tampak jelas selama observasi, karena
guru memberikan arahan yang semua berpusat pada guru. Dalam mengajar guru
menggunakan motode ceramah dan dilanjutkan dengan respon murid.Namun,
berdasarkan wawancara pada guru, metode yang digunakan bervariasi. Perencanaan
pembelajaran Student Centered Learning juga terkadang dipergunakan,
namun teacher centered learning lebih mendominasi.
4. Pendekatan Pembelajaraan
Dalam pembelajaran, pemberian reward dan punishmentsangatlah
berpengaruh. Pengaruh pemberian rewarddan punishment sangat
mempengaruhi siswa, yang mana kelas menjadi sangat aktif. Berdasarkan wawancara
kepada salah satu siswa, kelas menjadi sangat bersemangat karena ada nilai
tambahan (reward) bagi setiap siswa yang aktif dikelas.
Selain itu, rata-rata siswa memiliki keinginan yang kuat untuk mampu
menguasai pelajaran dan meraih juara. Aspek-aspek tersebut sangat mempengaruhi
proses pembelajaran yang berlangsung dikelas. Bisa dikatakan pendekatan pembelajran
behavioral dan kognitif berlangsung didalam kelas yang diobservasi tersebut.
5. Motivasi
Motivasi
belajar yang dimiliki siswa selama observasi sangatlah baik. Siswa sangat
tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran, walau waktu sudah waktu sudah
menunjukkan jam pulang sekolah, disamping guru juga mengkondisikan kelas
menjadi sangat menarik.
Berdasarkan
wawancara kepada murid-murid yang diobservasim diketahui bahwa mereka memang
memiliki motivasi intrinsik dan ekstrinsik dalam diri masing-masing. Secara
umum motivasi intrinsiknya adalah untuk menguasai materi yang diajarkan dan
motivasi ekstrinsiknya adalah untuk memperoleh nilai yang memuaskan dan meraih
juara.
Berkaitan
dengane-learning para siswa mengaku lebih bersemangat belajar dengan
menggunakan sistem e-learning. Selain lebih praktis, siswa merasa lebih
mudah untuk mendapatkan materi tambahan materi yang diberikan oleh guru, para
siswa juga merasa lebih mudah memahami materi yang diajarkan dengan metode e-learning
dikarenakan dengan metode tersebut siswa dapat melihat gambar, tabel, video dan
diagram yang mendukung untuk memahami suatu materi. Secara umum siswa sangat
bersemangat walaupun dengan berbagai hambatan yang dijelaskan sebelumnya
diatas.
RANGKUMAN HASIL OBSERVASI
1. Rangkuman Kelompok
Sistem e-learning telah berjalan cukup lama di SMA Methosdist 1 Medan,
fasilitas yang ada sudah cukup memadai untuk melakukan pembelajaran dengan
konsep e-learning offline. Pengelolaan kelas, perencanaan pembelajaran dan
pendekatan pemberlajaran yang digunakan juga saling terkait dan saling
mendukung dalam pelaksanaan pembelajaran.
Motivasi siswa dalam belajar juga sangat mendukung berjalannya sistem
pembelajaran ini, walaupun ada aspek-aspek kecil yang kurang diperharikan
seperti keadaan kelas yang kurang ergonomis dan kekurangan fasilitas. Oleh
karena itu, bisa dikatakan bahwa pembelajaran yang berlangsung di SMA Methodist
1 Medan tidak jauh dari efektif.
2. Rangkuman Pribadi
Pembelajaran dengan konsep e-learning merupakan konsep yang sudah
dimulai sejak beberapa decade yang lalu. Pembelajaran dengan konsep ini sudah
dipergunakan di banyak sekolah. Salah satunya SMA Swasta Kristen Methodist 1
Medan. Konsep e-learning yang dipergunakan di sekolah tersebut adalah konsep
e-learning offline, yang mana perangkat teknologi yang dipergunakan tidak
terintegrasi dengan internet.
Secara umum, penggunaan teknologinya sudah baik. Fasilitas yang ada juga
cukup lengkap. Perencanaan pembelajaran yang dipergunakan adalah Teacher
Centered Learning, namun perencanaan pembelajaran ini tidak menyebabkan
suasana kelas menjadi kaku, tetapi dengan metode mengajar yang digunakan kelas
tetap interaktif. Pengelolaan kelas adalah dengan menggunakan pola auditorium
yang mendukung terlaksananya manajemen kelas yang otoritatif.
TESTIMONI TENTANG PERENCANAAN DAN PROSES OBSERVASI
YOSHINTA GRACIA E LUMBANBATU
(12-032): Menurut saya, perencanaan dan proses observasi berjalan dengan baik.
Segala sesuatunya berjalan sesuai dengan rencana. Memang ada beberapa masalah
kecil yang muncul secara tidak terduga, namun tidak begitu mengganggu jalannya
observasi.
CLAUDIA GENEROSA ARUAN (12-068)
:Menyenangkan akhirnya bisa menyelesaikan tugas observasi ini dengan baik.
Mulai dari pencarian sekolah, penyetujuan dari kepala sekolah, hingga
pelaksanaan observasi. Kebetulan kami diizinkan untuk mengobservasi ke kelas
internasional. Jadi saya berpikir berarti pembelajaran e-learning yang diterapkan
pada mereka pasti lebih baik. Guru yang ada disekolah itu juga ramah-ramah dan
bersahabat. Oleh karena itu saya pribadi merasa cukup puas saat melakukan tugas
observasi tersebut. Siswa-siswa dikelas tersebut juga baik-baik dan sopan. Saat
kami mewawancarai, mereka sangat berpartisipasi dengan baik. Sekian
MARIA A
SIMANJUNTAK (12-042) : Ketika mendapat tugas
observasi ini awalnya bingung, karena saya kurang begitu tertarik dengan tugas
ini. Pertama , awalnya kami bingung mencari sekolah yang akan diobservasi,
belum lagi surat izinnya. Namun, setelah dilalui ternyata menyenangkan, banyak
hal yang saya dapat dari observasi e-learning
ini. Awal masuk ke kelas , gugup juga karena saya tidak terlalu lihai dalam
berinteraksi dengan mereka, namun semua dapat terselesaikan. Dalam observasi
ini kami membagi tugas, dan saya dapat bagian Manajemen Kelas, dimana saya
mengamati struktur kelas mereka, pola pengajaran guru, gaya penataan kelas, dan
lain-lain. Ternyata gaya pembelajaran saat sudah sangat canggih dan banyak
mengandalkan media elektronik seperti internet,proyektor, dan lain-lain. Belum
lagi yang kami observasi kelas internasional di Methodist 1 Medan. Sungguh
sangat berbeda dengan cara belajar saya saat menduduki bangku sekolah.
Diharapkan dengan adanya program e-learningini,
maka para siswa agar lebih efektif belajar dan dapat menggunakannya untuk
kepentingan pembelajaran.
ABELLA SARAGIH (12-078) : Saya
merasa senang dan bangga karena untuk pertama kalinya saya melakukan observasi
ini. Temen-temen dan guru dimethodist juga sangat ramah dan sangat baik
dalammenerima kami untuk melakukan observasi ini. Mereka sangat membantu dan
menganggap serius tugas yang kami lakukan tersebut. Suasana kelas juga cukup
mendukung kami dalam melakukan observasi ini. Murid-muridnya ikut
berpartisipatif dalam penyelesaian tugas ini.
MEGAWATY MAYA SHINTA MUNTHE
(12-038): Saya merasa observasi pendidikan ini menarik karena ini merupakan
pengalaman pertama melakukan tugas observasi. Awalnya saya sangat merasa cukup
mengerti bagaimana cara observasi. Namun, ketika dipraktekkan cukup agak rumit
dan tantangannya adalah menilai secara objektif apa yang dilihat. Akhirnya
setelah lama berpikir di dalam kelas dan mencoba untuk menilai motivasi belajar
siswa selama observasi, saya akhirnya dapat membuat hasil observasi. Keadaan
siswa yang cukup aktif dalam menanggapi kami sebagai obeserver pada akhir
pelajaran juga menambah semangat saya dalam melakukan tugas observasi ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar