Selasa, 17 Desember 2013

Belum rampung ceritanya

Baru baru ini mahasiswa galau menjadi volunteer untuk pertama kalinya..
kemana lagi kalau tidak menjadi volunteer ke pengungsian korban erupsi sinabung..

karena ceritanya belum rampung, di postingan ini saya cuma mau berbagi. Menjadi volunteer itu ngga seburuk yang teman teman pikirkan..

menjadi volunteer ini punya kebahagiaan sendiri. Di keadaan yang serba pas pasan, melihat mereka dengan keadaan yang sangat apa adanya, lalu berusaha memberikan semangat, membagi sedikit kecerian, berusaha untuk membuat mereka rehat sejenak dari kecemasannya akibat ulah sang alam, itu semua sangat membahagiakan untuk dikerjakan. Terutama saat bisa melihat mereka tersenyum mendapatkan sesuatu, berebut sesuatu seperti anak normal lainnya.

bisa mendengarkan cerita mereka padahal baru sesaat berjumpa dan lihat! Mereka mempercayakan mu untuk menjaga rahasia kecil yang ia rasakan. Bukankah itu membahagiakan? Kamu bisa menolongnya..

saat berkumpul bersama dengan rekan, minum teh sembari beristirahat, berbagi pengalaman dilapangan sambil bersenda gurau. Walau sesekali ngga nyambung tetapi itu adalah momen berharga. Serasa bersama keluarga sendiri. Ya, selama di sana kita dan rekan-rekan kita adalah keluarga.

jangan takut kelaparan, semua sudah tersedia. Jangan takut miskin, karena orang yang berbagi tak akan pernah jatuh miskin. Jangankan jatuh miskin, orang yang berbagi tak akan pernah kekurangan.

nah, bukankan semua hal itu adalah hal-hal yang membahagiakan?

Belum rampung ceritanya, karena masih menunggu cerita kamu yang baca menjadi volunteer. Yuk mari bantu saudara kita. Jangan takut buat berbagi :))

Kamis, 21 November 2013

Karya Kreatifku : Maket Rumah Rubik dan Gantungan Kunci Pelangi

Ada beberapa tayangan TV yang menunjukkan rumah-rumah yang unik, ada yang dibuat dari pesawat, ada yang dibuat berbentuk terbalik, dan berbagai bentuk unik lainnya. Menurut saya, orang dengan rumah yang tidak biasa tersebut merupakan orang-orang yang keren, sekali lagi keren!!! kenapa keren? karena ia menjadikan tempatnya bernaung menjadi sesuatu yang berbeda, tidak biasa dan tentunya istananya menjadi wadah untuk berkreasi.

Sebagai mahasiswa kelas kreatifitas, saya tidak mau kalah dengan orang-orang keren itu. Saya juga mencoba untuk membentuk rumah masa depan saya dari sekarang, dan jeng...jeng.. jeng..jengg... Dengan skill yang biasa saja, akhirnya saya menghasilkan maket rumah masa depan saya, yang ingin saya buat berbentuk Rubik. Lohh?? kenapa Rubik? alasannya sederhana saja, karena saya suka rubik sebab rubik itu warna  warni dan berbentuk kotak. Kenapa suka bentuk kotak? Karena spongebob juga kotak.. baiklah itu alasan yang tidak logis, tetapi sesungguh dan sebenar-benarnya adalah karena rubik mempunyai kenangan tersendiri bagi saya, jadi saya ingin membuat rumah masa depan berbentuk rubik. -galau-

Dannnn.. Inilah dia, rumah rubik sayaa....




Hanya sesimple itu saja.. tetapi bagaimana cara membuatnya?

okay mari kita mulai dengan alat dan bahannya.


Bahan : Kertas Tik
            Origami
            Plastik bening (yang biasa untuk sampul depan makalah)

Alat : Gunting
         Lem Uhu
         Pisau Cutter

Cara membuat :
1. Mahasiswa arsitektur mungkin akan mulai membuat maket dengan sketsa terlebih dahulu, tetapi karena saya kurang pandai menggambar, jadi saya hanya membayangkan apa yang ingin saya buat. tetapi jika teman-teman ingin membuat maket maka mulailah dengan menggambar konsepnya.

2. setelah ada konsepnya, siapkan alat dan bahan. dalam hal ini, saya memotong kertas tik menjadi bentuk persegi panjang, yang kemudian dibagi 12 sisi persegi yang sama dan menggunting origami menjadi bentuk persegi, begitu juga dengan plastiknya. lalu untuk memberikan kesan warna/i nya saya menempelkan kertas origami pada ketas tik.


4. karena sudah dibentuk panjang-panjang seperti diatas, maka tinggal dibentuk menjadi persegi.


5. karena konsepnya merupakan rubik 3x3 maka saya membuat 3 tingkat. jadi kertas tik panjang yang sudah divariasikan seperti pada gambar diatas dibentuk dan dijadikan seperti diatas.

6. setelah jadi, tinggal digabungkan saja dan jadilah maket rumah masa depan.

Ini mungkin hanya bentuk sederhana, tetapi menurut saya tidaklah salah untuk mulai mewujudkan masa depan. belum bisa bikin rumahnya, maka bikin maketnya terlebih dahulu. Apa gunanya? ya, semoga saja hal kecil seperti ini bisa memotivasi kita, agar kita berusaha menjadikan sang maket menjadi sungguhan. intinya supaya struggle terus untuk meraih impian. ayo teman- teman bentuk impian mulai dari sekarang #motivashinta.

nah.. untuk menemani sang maket ada gantungan kunci pelangi. bukan berbentuk pelangi, tetapi warnanya yang pelangi, merah, kuning, hijau dan biru..



alat dan bahan :
tali sepatu
gantungan kunci
benang
gunting
kawat

cara membuat :
1. potong tali sepatu sama panjang, lalu satukan dengan kawat tipis dan simpul. menjadi seperti gambar dibawah.



2. mulailah untuk membuat bentuk gantungan kunci cengan cara :


Lipat A ke arah C, lalu lipat B kearah D dengan menimpa A.
selanjutnya lipat C ke arah A dengan menimpa B dan lipat D kearah B dan masukkan ke bawah A


 


Jadinya seperti gambar diatas. lakukan hal tersebut sampai tali sepatunya pendek.



3. setelah tersisa pendek, ikat tali sepatu dengan benang, agar simpul tadi tidak lepas.

4. . ambil gantungan kunci dan gabungkan dengan kawat pengait tadi.. gantungan kunci siap untuk digunakan..

Sebenarnya gantungan kunci yang dibuat dengan cara seperti ini bukan hal baru. yang biasanya orang buat berasal dari pita. hanya saja karena menurut saya dengan menggunakan pita terlalu ringkih maka saya menggantikan pita dengan tali sepatu. selain itu waktu pengerjaannya terlalu lama jika menggunaakan pita, jadi untuk mempersingkat waktu maka saya menggunakan tali sepatu. sekian.. :)

demikianlah karya saya, semoga berguna dan menginspirasi.




Sabtu, 09 November 2013

KONSEP PERFORM KREATIVITAS KELOMPOK 1

                               Salah satu teori tradisional yang sampai sekarang banyak dikutip ialah teori Wallas yang dikemukakan tahun 1926 dalam bukunya The Art of Thought(Piirto,1992), yang menyatakan bahwa proses kreatif meliputi empat tahap. Tahapan ini terjadi pada setiap individu yang ingin menghasilkan suatu produk kreatif. Begitu juga dengan kelompok kami, berikut keempat tahapan wallas yang terjadi dalam kelompok 1 :

1.      Persiapan
            Pada tahap pertama, seseorang mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan belajar berfikir, mencari jawaban, bertanya kepada orang dan sebagainya. Kami dari kelompok 1 awalnya sangat bingung dengan tugas kelompok yang akan kami performkan nanti. Namun, setelah berpikir dan kebetulan kami melihat video di youtube yang sangat menarik yaitu tarian tangan cup song. Awalnya kami ragu, kami mampu atau tidak untuk menampilkan gerakan tangan dikreasikan dengan gelas serta mengikuti irama lagu yang dimainkan.

2.      Inkubasi
            Tahap Inkubasi ialah tahap dimana individu seakan-akan melepaskan diri untuk sementara dari masalah tersebut, dalam arti bahwa ia tidak memikirkan masalahanya secara sadar tetapi “mengeraminya” dalam alam pra sadar. Tahap ini penting dalam menimbulkan inspirasi.
            Di tahap inilah kami semua masih bingung dengan tugas kelompok yang akan kami performkan nanti,tetapi ada beberapa hari dimana kami tidak membicarakan hal itu lagi. Kemudian pada saat yang dibutuhkan kami menyetujui untuk menggunakan cup song sebagai jawaban dari tugas kelompok kami.

3.      Iluminasi
            Dalam Munandar (2009;39) dijelaskan bahwa tahap iluminasi adalah tahap timbulnya "insight" atau "Aha-erlebnis", saat timbulnya inspirasi atau gagasan baru, beserta proses-proses psikologis yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi/gagasan baru.
Tahap ini terjadi setelah melewati tahapan persiapan dan inkubasi. Tahap ini juga tentu terjadi pada kelompok kami. Masing-masing individu pasti mengalami proses ini. Pada tahap awal sudah dijelaskan bahwa kelompok dan masing-masing individu berpikir apa yang akan ditampilkan pada perform lalu mengeram masalah tersebut. Setelah melalui berbagai proses, maka muncullah ide tersebut pada masing-masing individu. Tahap inilah yang disebut dengan tahap iluminasi. Setelah masing-masing individu mendapatkan ide maka kami pun berdiskusi mengenai apa yang akan ditampilkan. Proses diskusi tidak berlangsung lama karena minat masing-masing individu hampir sama. Muncullah ide untuk menampilkan tarian tangan cup song dengan  lagu-lagu daerah.


4.      Verifikasi
Pada tahap keempat yaitu verfikasi dimana pada tahap ini ide atau kreasi baru diuji terhadap realitas. Mengingat mata kuliah kreativitas ini sangat menekankan pada ide-ide menarik yang harus dikembangkan maka kami mencoba membuat sebuah pertunjukan yang menampilkan budaya dari masing-masing anggota kelompok. Kreasi cup-song yang mulanya banyak ditampilkan untuk lagu-lagu barat kini kami akan coba tunjukkan dengan variasi berbeda yaitu dengan lagu-lagu daerah asli Indonesia. Menurut kami, ide ini dapat dilangsungkan dengan baik dan akan menjadi suatu penampilan yang menarik.

Dalam menghasilkan ide kreatif kelompok, peran press sangat menonjol. tanpa adanya motivasi internal untuk menyelesaikan tugas dan deadline maka ide kreatif kelompok mungkin beoum muncul atau tidak muncul sama sekali. kami juga menyadari bahwa produk yang dihasilkan memang tidak murni baru, melainkan hanya inovasi, menggabungkan sebuah trend tarian tangan baru dari daerah barat dengan  lagu-lagu asli dari indonesia.

Kelompok I:
1. Byuti Ridha Andini - 121301001
2. Khirzun Nufus         - 121301031
3. Yoshinta L.B            -  121301032
4. Nadela Trully           - 121301033

Alat dan Bahan :

ü      Gelas plastic
ü      Botol kaca
ü     Sendok makan

Lagu :
ü      Sik sik batu manikkam (Sumatra Utara)
ü      Lancang Kuning (Riau)
ü      Gundul Pacul (Jawa Tengah)
ü      Ampar Ampar Pisang (Kalimantan Selatan)
ü       Indonesia Pusaka (Ismail Marzuki)



            Performance dimulai saat kelompok menyanyikan lagu Sik Sik Sibatu Manikkam tanpa diiringi music, dengan tempo yang semakin dipercepat dan overtune. Kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Lancang Kuning dengan diiringi music yang berasal dari bunyi gelas plastic yang divariasikan. Selanjutnya kelompok menyanyikan lagu gundul pacul dan dilanjutkan dengan ampar-ampar pisang, masih diiringi music hanya saja ditambahkan dengan variasi bunyi botol kaca yang dipukul menggunakan sendok makan. Performance ditutup dengan lagu Indonesia Pusaka yang dinyanyikan oleh kelompok.


Selasa, 29 Oktober 2013

Testimoni : Ujian online matakuliah Kreativitas

Ujian online, mungkin bukan lagi hal yang luar biasa di luar sana, namun mungkin di USU ujian online menjadi hal yang  cukup jarang. Ujian dengan sistem yang diterapkan pada mata kuliah kreativitas ini menurut saya memberikan keuntungan pada mahasiswa. Saya merasa lebih tenang dalam mengerjakan soal ujian..
 Tidak ada sakit perut atau deg degan seperti saat sedang akan menghadapi ujian seperti biasa. Suasana yang bisa dikondisikan untuk bekerja dengan lebih nyaman membuat performa semakin baik, karena memang performa yang lebih baik akan didapatkan jika bekerja dengan tenang.
selain itu soal analisa dan refleksi diri yang diberikan tidak mempersulit dalam mengerjsksn soal ujian. Saya merasa tetap mengetahui konsep namu tidak dengan cara yang menyulitkan karena soal yang saya hadapi berhubungan langsung dengan diri saya sendiri.
namun setiap hal pasti memiliki kekurangan, seperti misalnya email yang lama dibalas membuat suasana hati menjadi galau. Namun, disinilah sesasi ujian online ini, saat menunggu mendapatkan balasan email dan mengetahui berapa poin yang didapatkan, sejauhmana jawaban yang diberikan relevan dengan yang diharapkan oleh dosen pengampu.
kesimpulannya, saya merasa ujian dengan sistem online yang diterapkan pada mata kuliah kreativitas seru dan saya suka dengan cara tersebut.
terimakasih :))

Rabu, 23 Oktober 2013

konsep performa kreativitas kelompok 1

Alat dan Bahan :
Gelas plastic
 Botol kaca
 Sendok makan

Lagu :
Sik sik batu manikkam (Sumatra Utara)
Lancang Kuning (Riau)
Gundul Pacul (Jawa Tengah)
Ampar Ampar Pisang (Kalimantan Selatan)
Indonesia Pusaka (Ismail Marzuki)


Performance dimulai saat kelompok menyanyikan lagu Sik Sik Sibatu Manikkam tanpa diiringi music, dengan tempo yang semakin dipercepat dan overtune. Kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Lancang Kuning dengan diiringi music yang berasal dari bunyi gelas plastic yang divariasikan. Selanjutnya kelompok menyanyikan lagu gundul pacul dan dilanjutkan dengan ampar-ampar pisang, masih diiringi music hanya saja ditambahkan dengan variasi bunyi botol kaca yang dipukul menggunakan sendok makan. Performance ditutup dengan lagu Indonesia Pusaka yang dinyanyikan oleh kelompok.

Rabu, 16 Oktober 2013

Resume 3 : Peranan Keluarga dalam Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak

Teori Persimpangan Kreativitas :
·         Anak perlu dilatih sesuai dengan minat pribadinya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan bakat atau talentanya. Pendidik terutama orang tua perlu menciptakan iklim yang merangsang pemikiran dan keterampilan kreatif anak serta menyediakan sarana prasarana
·         Perlu ada motivasi intrinsic pada anak. minat anak untuk melakukan sesuatu harus tumbuh dari dalam dirinya sendiri, atas keinginannya sendiri.
·         Keberhasilan kreatif adalah persimpangan antara keterampilan anak dalam bidang tertantu (domain skills), keterampilan berpikir dan bekerja kreatif (creative thinking and working skills) dan motivasi intrinsic, dapat juga disebut motivasi batin (intrinsic motivation).



Karakteristik Keluarga Kreatif
·         Kesimpulan penelitian Dacey : orang tua yang kreatif akan cenderung memiliki anak yang kreatif pula, namun anak yang kreatif belum tentu memiliki orang tua yang kreatif. Orang tua dari remaja kreatif tidak banyak menentukan aturan perilaku di dalam keluarga, di duga kuat bahwa kreativitas merupakan trait yang relative kurang stabil, terutama pada masa remaja, anak yang mengalami dan telah melewati masa kritis biasanya akan cenderung lebih kreatif, rasa humor merupakan bagian dari kehidupan kreatif, anak-anak yang kreatif melihat dirinya mudah bergaul dengan orang lain dan menilai tinggi cirri ini, kebanyakan rumah keluarga kreatif sangat jauh berbeda dengan keluarga-keluarga lain, biasanya orang tua kreatif akan menyadari bakat kreatif anaknya sejak dini, dan anak yang kreatif biasanya lebih bekerja keras dibandingkan dengan teman-temannya yang lain.
·         Hubungan antara Latar Belakang Keluarga dan Kinerja Anak : tingkat pendidikan orang tua akan berpengaruh terhadap tingkat prestasi anak, bahasa yang dipergunakan dirumah tidak akan berpengaruh terhadap kinerja anak, tidak ada hubungan antara waktu untuk mengerjakan PR dengan kinerja anak, ketersediaan fasilitas berpengaruh terhadap kinerja anak, kegiatan yang dilakukan pada waktu senggang akan berpengaruh terhadap skor kreativitas anak, perhatian merupakan determinan yang positif dari kinerja kreatif seorang anak, terlalu banyak ikut campur tidak akan menghasilkan tingkat kinerja yang lebih tinggi pada kreativitas.
·         Studi tentang Keluarga Anak Berbakat di Indonesia. Orang tua anak berbakat mempunyai tingkat pendidikan, jabatan professional, dan penghasilan yang lebih tinggi, presentasi anak sulung yang berbakat lebih tinggi, orang tua anak berbakat lebih mengutamakan ketekunan dan inisiatif.
·         Penelitian tentang Latar Belakang Keluarga Finalis LKIR/LPIR. Tingkat pendidikan ayah berkaitan dengan ragam pengalaman bermakna para finalis.

Mengembangkan Kreativitas Anak di Rumah
Terdapat dua kasus dalam bab 3. Pada kasus pertama ditunjukkan bagaimana cara pengasuhan ibu yang bersifat mengembangkan kreativitas anaknya. Cirri-ciri sikap orang tua yang memupuk kreativitas anak ialah, member lebih banyak kebebasan kepada anak, menghormati keunikan anak, mempunyai hubungan emosional yang tidak menyebabkan ketergantungan, orang tua lebih menghargai prestasi dibandingkan dengan angka semata-mata, orang tua itu sendiri aktif, mandiri dan menghargai kreativitas anak, serta menjadi model bagi anak. sedangkan dalam kasus kedua lebih menampilkan orang tua yang anak berbakatnya dalam keadaan kurang menguntungkan, karena kondisi sosial-ekonomis orang tuanya. Karena kurang pemahaman orang tua seperti sering terjadi di Indonesia, mereka mementingkan perkembangan skolastik dan daya ingat dari pada imajinasi dan kreativitas anak.
Dampak Sikap Orang Tua terhadap Kreativitas Anak
·         Bagaimana sikap orang tua secara langsung mempengaruhi kreativitas anak mereka
·         Faktor – faktor yang menentukan : kebebasan, anak yang diberikan kebebasan cenderung lebih kreatif dari pada anak yang diawasi ketat oleh orang tuanya ;  respek, anak yang kreatif biasanya memiliki orang tua yang menghormati mereka sebagai individu, dengan begitu secara alamiah anak dapat mengembangkan kepercayaan diri untuk berani melakukan sesuatu yang orisinil ; kedekatan emosional yang sedang, anak perlu merasa bahwa ia diterima dan disayangi tetapi seyogyanya tidak menjadi terlalu tergantung kepada orang tua ;  prestasi,bukan angka , orang tua anak kreatif menghargai prestasi anak, mereka mendorong anak untuk berusaha sebaik-baiknya dan menghasilkan karya-karya yang baik ; Orang tua aktif dan mandiri, bagaimana orang tua bersikap sangat mempengaruhi anak, karena orang tua merupakan model bagi anak ; menghargai kreativitas, anak yang kreatif memperoleh banyak dorongan dari orang tua untuk melakukan hal-hal kreatif.
·         Orang tua sebagai model; orang tua juga dapat menjadi model yang kuat hanya dengan menunjukkan kepercayaan dan kompetensi mereka. Penelitian menunjukkan bahwa anak kreatif mengidentifikasi diri dengan banyak orang dewasa dari dua jenis kelamin, dan bahwa komunikasi dengan orang dewasa yang menarik, aktif, dan berprestasi daoat merangsang kreativitas anak. Orang tua dapat membantu anak menemukan minat-minat mereka yang paling mendalam dengan mendorong anak melakukan kegiatan yang beragam, orang tua hendaknya menghargaai minat intrinsic anak dan menunjukkan perhatian dengan melibatkan diri secara intelektual dengan baik.
·         Sikap orang tua yang menunjang dan yang tidak menunjang pengembangan kreatif anak :
Sikap yang menunjang :
o   Menghargai pendapat anak dan mendorongnya untuk mengungkapkannya
o   Memberi waktu kepada anak untuk berpikir, merenung dan berkhayal
o   Membiarkan anak mengambil keputusan sendiri
o   Mendorong kemelitan anak, untuk menjajaki dan mempertanyakan banyak hal
o   Meyakinkan anak bahwa orang tua menghargai apa yang ingin dicoba dilakukan dan apa yang dihasilkan
o   Menunjang dan mendorong kegiatan anak
o   Menikmati keberadaannya bersama anak
o   Member pujian yang sungguh-sungguh kepada anak
o   Mendorong kemandirian anak dalam bekerja
o   Melatih hubungan kerja sama yang baik dengan anak
Sikap yang tidak menunjang :
o   Mengatakan kepada anak bahwa ia akan dihukum jika berbuat salah
o   Tidak membolehkan anak menjadi marah terhadap orang tua
o   Tidak membolehkan anak mempertanyakan keputusan orang tua
o   Tidak membolehkan anak bermain dengan anak dari keluarga yang mempunyai pandangan dan nilai yang berbeda dari keluarga anak
o   Anak tidak boleh berisik
o   Orang tua ketat dalam mengatasi kegiatan anak
o   Orang tua member saran-saran spesifik tentang penyelesaian tugas
o   Orang tua kritis terhadap anak dan menolak gagasan anak
o   Orang tua tidak sabar dengan anak
o   Orang tua dan anak adu kekuasaan
o   Orang tua menekan dan memaksa anak untuk menyelsaikan tugas.
Orang tua sebagai Pendukung Program Anak Berbakat
  o   Program pendidikan anak berbakat saat ini belum memasyarakat di Indonesia
  o   Guru anak berbakat hendaknya mengakui peran penting dari dukungan orang tua dan tidak melihat orang   tua sebagai ancaman
  o   Kelompok orang tua dapat membantu menyadarkan orang tua lain akan masalah dan kebutuhan anak  berbakat dan kesempatan pendidikan yang dapat diberikan kepada mereka
  o   Orang tua yang memiliki keahlian atau keterampilan khusus dapat membantu untuk mendidik anak   berbakat.

-selesai-

Sumber : Munandar, Utami.2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:Rineka Cipta

Selasa, 15 Oktober 2013

Analisis Diri : Peran Keluarga, Sekolah dan Masyarakat dalam Pengembangaan Kreativitas


            Seorang anak dalam perkembangannya dipengaruhi oleh banyak hal. Hal yang paling menonjol adalah seperti nature dan nurturenya. Nature merujuk pada faktor genetika / turunan dari orang tua dan  nurture merujuk pada pengasuhan yang diterima oleh sang anak. Begitu pula dapam pengembangan kreativitas ada banyak hal yang mempengaruhinya. Munandar (2009) dalam bukunya menuliskan bahwa kreativitas merupakan persimpangan (intersection) antara keterampilan anak dalam bilang tertentu (domain skills), keterampilan berpikir dan bekerja kreatif (creative thinking and working skills), dan motivasi intrinsik, dapat juga disebut motivasi batin (Intrinsic Motivation).
            Jadi, dalam pengembangan kreativitas, anak perlu dilatih sesuai dengan bakat/keterampilan anak, baik keterampilan anak dalam bidang tertentu dan keterampilan berpikir dan bekerja milik anak dan yang terutama anak diberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya tersebut. Selain itu, motivasi intrinsic (yang berasal dari dalam diri anak) sangatlah diperlukan. Jadi pengembangan kreativitas tersebut harus berasal dari diri si anak sendiri.
            Berikut ini akan diulas bagaimana peran keluarga, sekolah dan lingkungan dalam pengembangan kreativitas saya:

1     1.      Peran Keluarga
Saya adalah anak pertama dari 4 orang bersaudara, kedua orang tua saya bekerja sebagai tenaga pendidik. Mama sebagai pengajar Pendidikan kewarganegaraan dan Bapak sebagai pengajar mata pelajaran Sejarah. Jadi situasi rumah kami cenderung lebih demokratis. Dalam hal pendidikan, tentu saja orang tua saya sangat memperhatikan prestasi akademik yang berhasil kami capai. Tidak ada tuntutan untuk mencapai juara kelas, tetapi orang tua saya sangat memperhatikan naik – turunnya prestasi belajar dan bagaimana pemahaman terhadap mata pelajaran juga sangat diperhatikan.
Menurut penilaian saya, kedua orang tua saya sebagai tenaga pengajar tergolong sebagai pengajar yang kreatif. Metode mengajar yang diterapkan mama tidak membosankan seperti guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada umumnya. Hal ini saya ketahui dari membaca sesuatu yang biasa disebut orang tua saya dengan RPP dan juga saya ketahui dari cerita murid-murid mama, yang merupakan teman-teman saya, sedangkan bapak adalah seorang pengajar yang mengajar dengan metode yang tergolong konvensional. Tetapi dalam mengerjakan tugas tambahannya sebagai seorang pimpinan sekolah, bapak mempunyai cara yang kreatif yang membuat sekolah yang di pimpin menjadi lebih berkembang dibandingkan dengan pada saat pimpinan kepala sekolah sebelumnya.
Meenurut saya, saya bukanlah seorang anak yang tergolong berhasil dalam mengembangkan kreativitas saya. Buktinya, pada tes kreativitas yang pernah saya ikuti, saya berada pada taraf rata-rata saja. Berikut ini analisis diri saya mengenai peran keluarga, terutama sikap orang tua yang menunjang dan tidak menunjang perkembangan kreatifitas:
a.       Sikap orang tua yang menunjang perkembangan kreatifitas
·         Menghargai pendapat anak dan mendorong untuk mengungkapkannnya : situasi di rumah diciptakan orang tua saya sedemokratis mungkin. Kami selalu diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat masing-masing, dengan syarat disampaikan dengan keadaan yang tenang dan pendapat yang diberikan juga wajar dan rasional.
·         Member waktu kepada anak untuk berpikir, merenung dan beerhayal : sebelum menyampaikan pendapat tentu berpikir dan merenung harus dilakukan. Dan tentu saja kesempatan ini ada di rumah.
·         Membiarkan anak mengambil keputusan sendiri : dalam banyak hal yang memerlukan pengambilan keputusan, orang tua saya memberikan arahan dan nasehat kepada kami dan lalu diberi kesempatan untuk membuat keputusan sendiri. Namun hal ini tidak berlaku untuk semua hal.
·         Mendorong kemelitan anak, untuk menjajaki dan mempertanyakan banyak hal: perihal menjajaki dan mempertanyakan banyaak hal, orang tua saya sedikit memberikan batasan. Selain itu karena ada perbedaan minat antara orang tua saya dan saya maka saya tidak bisa menjajaki banyak hal yang saya inginkan dan saya juga tidak ingin untuk menjajaki hal-hal yang diinginkan oleh orang tua saya.
·         Meyakinkan anak bahwa orang tua menghargai apa yang ingin dicoba, dilakukan dan apa yang dihasilkan : karena ada batasan dalam menjajaki banyak hal, maka hal ini juga terkadang tidak didapatkan. Akan tetapi untuk banyak hal yang disetujui oleh orang tua, hal ini saya dapatkan sepenuhnya.
·         Menunjang dan mendorong kegiatan anak : aktifitas yang saya lakukan di dukung oleh orang tua, secara ekonomi dan mental.
·         Menikmati keberadaannya bersama anak : hal ini tentu saja terjadi, orang tua manakah yang tidak menikmati keberadaannya bersama anak ?
·         Member pujian yang sungguh-sungguh kepada anak : sebagai tenaga pendidik, orang tua saya memiliki kemampuan yang sangaat baik dalam mengkritisi dan memuji. Kata-kata yang dipergunakan tidak meenyebabkan kami menjadi tinggi diri atau berkecil hati.
·         Mendorong kemandirian anak dalam bekerja : pada masa SD, kemandirian saya dalam bekerja kurang terlatih, orang tua saya terkadang mengambil alih pekerjaan saya. misalnya untuk membuat kerajinan tangan. Sering kali orang tua saya mengenjakannya berdua, dengan alasan karena saya mengerjakannya lambat dan tidak rapih. Tetapi setelah SMP, saya sudah dibiasakan untuk mandiri dalam mengerjakan semua tugas saya.
·         Melatih hubungan kerja sama yang baik dengan anak : hubungan kerja sama antara saya dan orang tua terlatih dengan cukup baik. Hal ini terjadi mengingat posisi saya sebagai anak pertama.
b.      Sikap orang tua yang tidak menunjang kreatifitas
·         Mengatakan kepada anak bahwa ia dihukum jika berbuat salah: rumah memang tercipta sedemokratis mungkin, akan tetapi ada hukuman yang jelas untuk setiap kesalahan yang diperbuat.
·         Tidak membolehkan anak menjadi marah terhadap orang tua: marah terhadap orang tua diizinkan di rumah saya, namun harus dengan alasan yang jelas dan cara yang tepat. Namun, seringnya yang terjadi adalah saya merajuk kepada orang tua, sehingga menimbulkan konflik kecil di rumah.
·         Tidak membolehkan anak mempertanyakan keputusan orang tua : hal ini tidak terjadi di rumah. Transparansi dalam hal keputusan ada di rumah.
·         Tidak membolehkan anak bermain dengan anak dari keluarga yang mempunyai pandangan dan nilai yang berbeda dari keluarga anak : dalam bergaul kami tidak memiliki batasan, boleh kepada siapa saja asalkan bisa menbatasi diri dan tidak terjerumus kedalam pergaulan yang kurang baik.
·         Anak tidak boleh berisik : rumah adalah tempat paling baik untuk mengekspresikan diri. Misalnya, ketika dulu masih baru bergabung di marching band, saya banyak berlatih di rumah dan tentu saja menimbulkan berisik di rumah. Namun orang tua saya tidak keberatan.
·         Orang tua ketat mengawasi kegiatan anak : kegiatan yang saya ikuti di control oleh orang tua namun bukan control ketat yang menyebabkan saya gagal berkembang.
·         Orang tua member saran-saran spesifik tentang penyelesaian tugas : saran spesifik sering diberikan orang tua saya. namun saran seperti itu saya dapatkan setelah saya menyelesaikan tugas tersebut dengan cara saya sendiri, lalu orang tua saya yang memberikan saran atau cara yang menurut mereka jauh lebih baik dan efisien
·         Orang tua kritis terhadap anak dan menolak gagasan anak : dirumah kami bebas untuk menyatakan pendapat, orang tua saya biasanya akan memberikan tanggapan. Bukan mengkritisi atau menolak.
·         Orang tua tidak sabar dengan anak : hal ini jarang terjadi. Namun pernah.
·         Orang tua dan anak adu kekuasaan : hal ini tidak pernah terjadi di rumah, karena sistem adat yang ditelah dipahami bersama yang menempatkan orang tua harus dihormati oleh anak dan anak dihargai dan disayangi oleh orang tua.
·         Orang tua menekan dan memaksa anak untuk menyelesaikan tugas : menekan dan memaksa jarang terjadi di rumah. Keculai untuk pembiasaan mengerjakan pekerjaan rumah.
Jadi, berdasarkan ulasan diatas, menurut saya orang tua saya merupakan orang tua yang mendukung pengembangan kreativitas anak. Hanya saja, orang tua saya tidak menyadari bakat kreatif anak-anaknya sejak dini.

2.      Peran Sekolah
Sekolah tentu memiliki peran dalam pengembangan kreativitas anak. Sejak Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah Atas, rata-rata waktu yang digunakan dalam sehari untuk sekolah adalah sekitar 6 jam. Dengan waktu yang demikian banyak, maka banyak hal yang terjadi disekolah yang dapat mendukung atau sama sekali tidak mendukung pengembangan kreatif anak.
Saya bersekolah SD dan SMP di perguruan Katolik dan SMA di sekolah semi militer. Sekolah Katolik menurut saya tergolong lebih menekankan pada pengembangan prestasi akademik. Munandar (2009) dalam bukunya menjelaskan bahwa salah satu karaktertistik pribadi guru anak berbakat meliputi motivasi, kepercayaan diri, rasa humor, kesabaran, minat luas, dan kelenturan (flexibilitas). Namun, selama masa SD dan SMP saya menemukan bahwa guru-guru saya kurang dalam rasa humor, kesabaran, minat luas dan flexibilitas. Di sekolah Katolik, kami banyak belajar dan mengembangkan kemampuan akademik. Tetapi bukan berarti kami tidak diberikan kesempatan dalam bidang lain. Semasa SD dan SMP keberadaan mata pelajaran seni dan budaya serta pendidikan jasmani dan kesehatan memberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi selain dalam bidang akademik.
Saya menjalani masa SMA di sekolah semi militer, walau berlatar belakang semi militer, sekolah saya membuka kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan diri. Guru yang ada disekolah juga memiliki dan memahami karakteristik professional guru. Mungkin karena guru di SMA tersebut merupakan guru pilihan dan murid yang duduk disekolah tersebut juga mrupakan murid hasil seleksi. Salah satu tes yang dilakukan adalah tes kreativitas figural yang dikembangkan oleh Utami Munandar. Karakteristik yang dimaksudkan adalah karakteristik professional yang dapat dikembangkan melalui pelatihan dalam jabatan seperti kemampuan untuk mempergunakan keterampilan dinamika kelompok, teknik dan strategi yang maju dalam mata ajaran tertentu, memberikan pelatihan inquiry dan memahami ilmu computer (Munandar:2009).
Selain itu fasilitas yang disedikan oleh sekolah, mulai dari untuk kegiatan seni, olahraga dan kegiataan akademik juga mendukung pengembangan kreatif siswa, karena siswa di SMA tersebut diberikan kebebasan yang bertanggung jawab untuk menggunakan seluruh fasilitas sekolah. Sistem moving class yang diterapkan juga membuat siswa semakin mandiri, namun sistem ini membuat siswa menjadi kurang aktif dalam menghias dan menciptakan kelas yang sesuai dengan iklim kelas masing-masing.
Bisa dikatakan secara keseluruhan sekolah yang saya jalani memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengembangkan kreatifitas, hanya saja masa SD dan SMP kurang terasah karena kurangnya kesempatan dan minimnya kesempatan dan fasilitas.
    
     3.      Peran Masyarakat
Menurut Arieti (1976) dikutip dari Munandar (2009) ada yang disebut dengan kebudayaan creativogenic yang mempunyai karakteristik sebagai berikut :
·         Tersedianya sarana-prasarana kebudayaan
·         Keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan
·         Penekanan pada becoming, tidak hanya pada being
·         Kesempatan bebas terhadap media kebudayaan
·         Kebebasan, dengan pengalaman tekanan dan rintangan sebagai tantangan
·         Menghargai dan dapat mengintegrasi rangsangan dari kebudayaan yang berbeda
·         Toleransi dan minat terhadap pandangan yang divergen
·         Interaksi antara pribadi-pribadi yang berarti
·         Adanya insentif, penghargaan atau hadiah.
Hampir keseluruhan karakteristik tersebut dimiliki oleh lingkungan masyarakat saya tinggal. Hanya saja sarana dan prasarana yang tersedia sangatlah terbatas, mengingat saya tinggal di daerah kabupaten yang tergolong stagnan. Keadaan tersebut membuat bakat kreatif yang terasah hanya dalam bidang yang ada saja. Seperti menyanyi, tor tor batak dan bermain alat music, namun karena memang minat yang kurang bakat kreatif dalam bidang tersebut tidak terasah maksimal.