Rabu, 27 Juli 2016

Skrip-shit --> Skrip-sweet :)

Belakangan ini lagi sangat terbeban dengan skripsi dan revisiannya. Kadang rasanya semangat sekali untuk ngerjain, tapi kadang rasanya kaya ngga punya daya apa-apa buat ngerjain skripsi. Harus ku akui, aku memang ngga pandai dalam hal penulisan ilmiah, sering salah gitu tata tulis dan redaksi katanya, yah.. skripsi ini juga masih bagian dari proses belajar sih.

Hal yang membuat semakin berat ya masalah-masalah yang muncul silih berganti belakangan ini, utamanya setahun belakangan. Ya, salah aku juga sih ngga bisa memilah antara masalah pribadiku dan tanggungjawab kuliah dan proses recovery ku juga tergolong lama, karena satu dan lain hal.

Tapi dibalik semua dinamika itu, bersyukur sekali sih punya dosen-dosen yang luar biasa. Pembimbing dan penguji yang bener-bener mau mengerti dengan kondisi psikis belakangan ini dan bahkan bisa memaklumi alasan dibalik semua kegopohan yang aku alami dalam proses skripsi dan revisi ini.

Salah satu yang paling berkesan bagi aku itu terkait dengan nilai. Honestly, sampai detik ini aku ngga tau dapat nilai apa tapi ternyata ada nilai yang lebih berharga yang bisa dikasih dosen-dosenku. Kalaupun nilai skripsiku A (yang mana aku tau itu ngga mungkin) itu hanya mempengaruhi kenaikan IPK ku sebanyak 0,03 poin. Tapi dari ketiga dosen ku, aku dapat pembelajaran berharga yang kalau diingat dan dilaksanakan bisa ngasih aku lebih dari 0,03 poin untuk perjalanan kedepannya.

Terus, yang perlu di syukurin itu adalah kenyataan bahwa aku punya dosen yang mau ngajarin aku dan berasa kaya diajarin orang tua sendiri. Mungkin ngga semua mahasiswa bisa beruntung punya dosen berdedikasi dan bahkan bisa sangat care dengan mahasiswanya. Ngga bisa dielakkan lagi bahwa aku adalah mahasiswa yang 'ngga banget' biar halus, sebut saja mahasiswa yang tidak berdedikasi. Tapi beruntungnya aku, aku punya dosen yang mau menasehati dan bahkan bisa jadi tempat curhat.

***

Ya, ngerjain skripsi memang berat (terutama saat kau sedang patah hati), tapi Tuhan itu baik kok, kadang kita aja yang ngga nyadar kebaikan apa yang diberikan Tuhan kepada kita, kadang kesulitan-kesulitan itu malah membuat mata kita tertutup dan kita ngga bisa lihat keberuntungan apa yang sedang menyertai kita dalam menghadapi berbagai persoalan. Ya, kaya aku, karena merasa terlalu terbeban dengan masalah skripsi (dan patah hati) aku malah ngga bisa lihat bahwa aku itu beruntung loh punya tiga orang dosen yang bisa ngertiin kondisi ku dan dalam segala kesulitan ini aku jusru diajarin banyak hal oleh mereka, oleh hidup dan oleh Tuhan. Bahkan awalnya aku sempat rada berontak gitu, kenapa kok rasanya semakin dipersulit? Tapi setelah dilihat lebih luas, ternyata aku adalah orang yang beruntung karena dikasih kesempatan buat berkembang dan buat belajar hal-hal yang berharga semacam ini.

So, gaess.. buat kamu yang sedang skripsi (dan mungkin juga sedang patah hati) jangan menyerah dulu, yuk kita bareng-bareng ngelihat masalah kita lebih luas, jangan fokus dengan masalahnya aja, tapi lihat apa yang terjadi juga diluar masalah itu, barang kali ada keberuntungan lain yang juga sebenernya ngikut tapi kamu ngga sadar karena pandangan mu sudah terlalu fokus dengan semua persoalan. Jadi, pelajaran berharga apa yang kamu dapetin dari proses skripsi mu? :)

Rabu, 20 Juli 2016

Konsisten


Yang dibutuhkan sekarang cuma konsisten.
Konsisten dengan keputusan awal.
Memang susah untuk konsisten.
Tapi, kaya kata orang diluar sana,

Langkah pertama memang selalu susah.

Ya, walau sulit
Mudah-mudahan segera bisa melangkah.
Semangat Yosh!

Selasa, 19 Juli 2016

Ceritanya Kecewa.

Setiap orang pasti punya harapan, setiap orang pernah berharap yang membuat semua orang pasti pernah kecewa, karena ngga setiap harapan pasti terpenuhi.

Saya pernah kecewa, kecewa pada seorang teman.
Ya, sebelum tulisan ini ada dia masih teman saya, tapi entahlah setelahnya.

Dia adalah satu-satunya teman yang saya harap bisa ada, dalam semua kondisi dan dia berjanji untuk itu. Jadi, bukan hanya sekedar harapan, itu juga janji.

Tapi untuk kesekian kali, dia ingkar janji.
Hari ini adalah kesempatan terakhir kami (mungkin) bisa saling melihat.
Tapi, hari ini pula dia buang kesempatan itu. Hari ini seharusnya saya mau bercerita banyak, sambil menangis. Hari ini mungkin hari terakhir dia bisa melihat saya sebagai orang yang dia kenal.
Tapi hari ini, setelah melalui perdebatan panjang,
Dia membantu saya mengambil keputusan bahwa, sejak hari ini saya bukan lagi temannya.
Saya bukanlah orang yang cukup berharga untuk tidak dikecewakan olehnya.
Saya bukan orang yang penting baginya.
Saya hanya orang asing dengan agama dan suku yang asing, saya hanya orang dengan kemampuan ekonomi yang lebih rendah, saya orang asing yang tidak sehebat teman-temannya yang lain, bagi dia tidak ada harganya saya.
Sejak hari ini dia bukan lagi teman saya.
Mulai hari ini, detik ini juga dia adalah orang asing.

Saya kecewa, tentu, SANGAT KECEWA.
Ternyata teman yang saya kira bisa saya andalkan bahkan tidak bisa menghargai waktu pertemuan.
Ya, sejak dulu seharusnya saya sadar. Habis manis, sepah dibuang.
Setelah mengambil banyak hal dari saya, tentunya dia mudah saja melenggang pergi, tanpa tahu apa akibat perbuatannya.

Saya kecewa,
Bukan saya tidak ikhlas dengan segala pemberian saya kepadanya, tapi memang ada sesuatu yang sampai sekarang tidak bisa saya ikhlaskan.
Lalu, sekarang apa?

Saya harus menjauh dan kembali menyembuhkan diri saya,
Saya benar-benar berharap tidak lagi bertemu dengan dia dan orang seperti dia. Semoga.

Hey!

Hey!
Tolong sampaikan pada seseorang yang bersembunyi dibalik ego mu
Iya.... yang ada dibalik diri mu.

Aku rindu.

Kamis, 14 Juli 2016

Berhenti

Berhenti.
Iya, itu yang harus dilakukan sekarang.

Well, setelah melalui berbagai hal yang tak menyenangkan dalam hidup belakangan ini, pada akhirnya aku memutuskan untuk berhenti.

Yang pertama berhenti menjadi orang yang terlalu mudah dan terlalu sulit untuk percaya. Ya, aku adalah manusia yang secomplicated itu. Terkadang aku terlalu mudah untuk percaya dan terkadang juga terlalu sulit untuk percaya. Selain perilaku itu complicated, terlalu mudah percaya juga udah membuat hidup ku semakin ribet karena percaya pada teman yang salah, and it's for a long time. Jadi, belakangan ini hidupku diwarnai oleh drama-drama kebohongan dari beberapa teman dan ironisnya salah satunya adalah teman yang cukup dekat dengan aku. Terlalu sulit percaya juga turut andil dalam membuat hidupku belakangan ini sedikit sulit.

Yang kedua, berhenti menjadi seorang yang dimanfaatkan. Jadi, belakangan ini aku merasa dimanfaatkan oleh seorang teman. Sebenernya perbutan memanfaatkannya ini bisa ku pakai jadi senjata untuk menyerang balik dan membuat hidupnya bermasalah, tapi menurutku itu ga bener buat dilakuin. So, aku hanya akan berhenti dan mungkin akan menjauh.

Yang ketiga, berhenti menjadi seorang penakut. Jadi, aku punya cukup banyak hal yang ditakutkan karena berbagai alasan. Jadi, ortuku adalah tipikal pencemas parah dan dari pada mereka cemas aku memilih untuk mematuhi apapun larangan mereka dan berakhir dengan aku yang takut. Misalnya, aku takut berenang, bukan karena larangan aja, tapi karena aku pernah tenggelam waktu umur 5 tahun, aku juga takut belajar bawa motor karena pernah jatoh dan berkahir dengan luka di siku dan lutut (tau kan betapa sakitnya luka di bagian itu dan aku ngga mau hal itu terjadi lagi), but, i think aku harus berhenti buat jadi penakut. Sebenernya bukan berarti aku segera belajar berenang atau bawa motor, tapi aku akan berhenti takut untuk menghadapi hal-hal baru, belajar hal baru dan kalau bisa aku akan lawan semua ketakutan-ketakutan ku yang ada.

Yang terakhir, sesegera mungkin aku mau berhenti jadi seorang mahasiswa sarjana. Karena udah selesai sidang, maka revisi harus dituntaskan segera. Semangat!!