Seorang anak dalam perkembangannya
dipengaruhi oleh banyak hal. Hal yang paling menonjol adalah seperti nature dan
nurturenya. Nature merujuk pada faktor genetika / turunan dari orang tua
dan nurture merujuk pada pengasuhan yang
diterima oleh sang anak. Begitu pula dapam pengembangan kreativitas ada banyak
hal yang mempengaruhinya. Munandar (2009) dalam bukunya menuliskan bahwa
kreativitas merupakan persimpangan (intersection)
antara keterampilan anak dalam bilang tertentu (domain skills), keterampilan berpikir dan bekerja kreatif (creative thinking and working skills),
dan motivasi intrinsik, dapat juga disebut motivasi batin (Intrinsic Motivation).
Jadi, dalam pengembangan
kreativitas, anak perlu dilatih sesuai dengan bakat/keterampilan anak, baik
keterampilan anak dalam bidang tertentu dan keterampilan berpikir dan bekerja
milik anak dan yang terutama anak diberikan kesempatan untuk mengembangkan
kemampuannya tersebut. Selain itu, motivasi intrinsic (yang berasal dari dalam
diri anak) sangatlah diperlukan. Jadi pengembangan kreativitas tersebut harus
berasal dari diri si anak sendiri.
Berikut ini akan diulas bagaimana
peran keluarga, sekolah dan lingkungan dalam pengembangan kreativitas saya:
1 1.
Peran Keluarga
Saya adalah anak pertama dari 4 orang bersaudara,
kedua orang tua saya bekerja sebagai tenaga pendidik. Mama sebagai pengajar
Pendidikan kewarganegaraan dan Bapak sebagai pengajar mata pelajaran Sejarah.
Jadi situasi rumah kami cenderung lebih demokratis. Dalam hal pendidikan, tentu
saja orang tua saya sangat memperhatikan prestasi akademik yang berhasil kami
capai. Tidak ada tuntutan untuk mencapai juara kelas, tetapi orang tua saya
sangat memperhatikan naik – turunnya prestasi belajar dan bagaimana pemahaman
terhadap mata pelajaran juga sangat diperhatikan.
Menurut penilaian saya, kedua orang tua saya sebagai
tenaga pengajar tergolong sebagai pengajar yang kreatif. Metode mengajar yang
diterapkan mama tidak membosankan seperti guru mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan pada umumnya. Hal ini saya ketahui dari membaca sesuatu yang
biasa disebut orang tua saya dengan RPP dan juga saya ketahui dari cerita
murid-murid mama, yang merupakan teman-teman saya, sedangkan bapak adalah
seorang pengajar yang mengajar dengan metode yang tergolong konvensional. Tetapi
dalam mengerjakan tugas tambahannya sebagai seorang pimpinan sekolah, bapak
mempunyai cara yang kreatif yang membuat sekolah yang di pimpin menjadi lebih
berkembang dibandingkan dengan pada saat pimpinan kepala sekolah sebelumnya.
Meenurut saya, saya bukanlah seorang anak yang
tergolong berhasil dalam mengembangkan kreativitas saya. Buktinya, pada tes
kreativitas yang pernah saya ikuti, saya berada pada taraf rata-rata saja. Berikut
ini analisis diri saya mengenai peran keluarga, terutama sikap orang tua yang
menunjang dan tidak menunjang perkembangan kreatifitas:
a.
Sikap orang tua
yang menunjang perkembangan kreatifitas
·
Menghargai pendapat
anak dan mendorong untuk mengungkapkannnya : situasi di rumah diciptakan orang
tua saya sedemokratis mungkin. Kami selalu diberi kesempatan untuk menyampaikan
pendapat masing-masing, dengan syarat disampaikan dengan keadaan yang tenang
dan pendapat yang diberikan juga wajar dan rasional.
·
Member waktu
kepada anak untuk berpikir, merenung dan beerhayal : sebelum menyampaikan
pendapat tentu berpikir dan merenung harus dilakukan. Dan tentu saja kesempatan
ini ada di rumah.
·
Membiarkan anak
mengambil keputusan sendiri : dalam banyak hal yang memerlukan pengambilan
keputusan, orang tua saya memberikan arahan dan nasehat kepada kami dan lalu
diberi kesempatan untuk membuat keputusan sendiri. Namun hal ini tidak berlaku
untuk semua hal.
·
Mendorong kemelitan
anak, untuk menjajaki dan mempertanyakan banyak hal: perihal menjajaki dan
mempertanyakan banyaak hal, orang tua saya sedikit memberikan batasan. Selain itu
karena ada perbedaan minat antara orang tua saya dan saya maka saya tidak bisa
menjajaki banyak hal yang saya inginkan dan saya juga tidak ingin untuk
menjajaki hal-hal yang diinginkan oleh orang tua saya.
·
Meyakinkan anak
bahwa orang tua menghargai apa yang ingin dicoba, dilakukan dan apa yang dihasilkan
: karena ada batasan dalam menjajaki banyak hal, maka hal ini juga terkadang
tidak didapatkan. Akan tetapi untuk banyak hal yang disetujui oleh orang tua,
hal ini saya dapatkan sepenuhnya.
·
Menunjang dan
mendorong kegiatan anak : aktifitas yang saya lakukan di dukung oleh orang tua,
secara ekonomi dan mental.
·
Menikmati keberadaannya
bersama anak : hal ini tentu saja terjadi, orang tua manakah yang tidak
menikmati keberadaannya bersama anak ?
·
Member pujian yang
sungguh-sungguh kepada anak : sebagai tenaga pendidik, orang tua saya memiliki
kemampuan yang sangaat baik dalam mengkritisi dan memuji. Kata-kata yang
dipergunakan tidak meenyebabkan kami menjadi tinggi diri atau berkecil hati.
·
Mendorong kemandirian
anak dalam bekerja : pada masa SD, kemandirian saya dalam bekerja kurang
terlatih, orang tua saya terkadang mengambil alih pekerjaan saya. misalnya
untuk membuat kerajinan tangan. Sering kali orang tua saya mengenjakannya
berdua, dengan alasan karena saya mengerjakannya lambat dan tidak rapih. Tetapi
setelah SMP, saya sudah dibiasakan untuk mandiri dalam mengerjakan semua tugas
saya.
·
Melatih hubungan
kerja sama yang baik dengan anak : hubungan kerja sama antara saya dan orang
tua terlatih dengan cukup baik. Hal ini terjadi mengingat posisi saya sebagai
anak pertama.
b.
Sikap orang tua
yang tidak menunjang kreatifitas
·
Mengatakan
kepada anak bahwa ia dihukum jika berbuat salah: rumah memang tercipta sedemokratis
mungkin, akan tetapi ada hukuman yang jelas untuk setiap kesalahan yang diperbuat.
·
Tidak membolehkan
anak menjadi marah terhadap orang tua: marah terhadap orang tua diizinkan di
rumah saya, namun harus dengan alasan yang jelas dan cara yang tepat. Namun,
seringnya yang terjadi adalah saya merajuk kepada orang tua, sehingga
menimbulkan konflik kecil di rumah.
·
Tidak membolehkan
anak mempertanyakan keputusan orang tua : hal ini tidak terjadi di rumah. Transparansi
dalam hal keputusan ada di rumah.
·
Tidak membolehkan
anak bermain dengan anak dari keluarga yang mempunyai pandangan dan nilai yang
berbeda dari keluarga anak : dalam bergaul kami tidak memiliki batasan, boleh
kepada siapa saja asalkan bisa menbatasi diri dan tidak terjerumus kedalam
pergaulan yang kurang baik.
·
Anak tidak boleh
berisik : rumah adalah tempat paling baik untuk mengekspresikan diri. Misalnya,
ketika dulu masih baru bergabung di marching band, saya banyak berlatih di
rumah dan tentu saja menimbulkan berisik di rumah. Namun orang tua saya tidak
keberatan.
·
Orang tua ketat
mengawasi kegiatan anak : kegiatan yang saya ikuti di control oleh orang tua
namun bukan control ketat yang menyebabkan saya gagal berkembang.
·
Orang tua member
saran-saran spesifik tentang penyelesaian tugas : saran spesifik sering
diberikan orang tua saya. namun saran seperti itu saya dapatkan setelah saya
menyelesaikan tugas tersebut dengan cara saya sendiri, lalu orang tua saya yang
memberikan saran atau cara yang menurut mereka jauh lebih baik dan efisien
·
Orang tua kritis
terhadap anak dan menolak gagasan anak : dirumah kami bebas untuk menyatakan pendapat,
orang tua saya biasanya akan memberikan tanggapan. Bukan mengkritisi atau
menolak.
·
Orang tua tidak
sabar dengan anak : hal ini jarang terjadi. Namun pernah.
·
Orang tua dan
anak adu kekuasaan : hal ini tidak pernah terjadi di rumah, karena sistem adat
yang ditelah dipahami bersama yang menempatkan orang tua harus dihormati oleh
anak dan anak dihargai dan disayangi oleh orang tua.
·
Orang tua
menekan dan memaksa anak untuk menyelesaikan tugas : menekan dan memaksa jarang
terjadi di rumah. Keculai untuk pembiasaan mengerjakan pekerjaan rumah.
Jadi, berdasarkan ulasan diatas, menurut saya orang
tua saya merupakan orang tua yang mendukung pengembangan kreativitas anak.
Hanya saja, orang tua saya tidak menyadari bakat kreatif anak-anaknya sejak
dini.
2.
Peran Sekolah
Sekolah tentu memiliki peran dalam pengembangan
kreativitas anak. Sejak Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah Atas,
rata-rata waktu yang digunakan dalam sehari untuk sekolah adalah sekitar 6 jam.
Dengan waktu yang demikian banyak, maka banyak hal yang terjadi disekolah yang
dapat mendukung atau sama sekali tidak mendukung pengembangan kreatif anak.
Saya bersekolah SD dan SMP di perguruan Katolik dan
SMA di sekolah semi militer. Sekolah Katolik menurut saya tergolong lebih
menekankan pada pengembangan prestasi akademik. Munandar (2009) dalam bukunya
menjelaskan bahwa salah satu karaktertistik pribadi guru anak berbakat meliputi
motivasi, kepercayaan diri, rasa humor, kesabaran, minat luas, dan kelenturan
(flexibilitas). Namun, selama masa SD dan SMP saya menemukan bahwa guru-guru
saya kurang dalam rasa humor, kesabaran, minat luas dan flexibilitas. Di sekolah
Katolik, kami banyak belajar dan mengembangkan kemampuan akademik. Tetapi bukan
berarti kami tidak diberikan kesempatan dalam bidang lain. Semasa SD dan SMP
keberadaan mata pelajaran seni dan budaya serta pendidikan jasmani dan
kesehatan memberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi selain dalam bidang
akademik.
Saya menjalani masa SMA di sekolah semi militer,
walau berlatar belakang semi militer, sekolah saya membuka kesempatan
seluas-luasnya untuk mengembangkan diri. Guru yang ada disekolah juga memiliki
dan memahami karakteristik professional guru. Mungkin karena guru di SMA
tersebut merupakan guru pilihan dan murid yang duduk disekolah tersebut juga
mrupakan murid hasil seleksi. Salah satu tes yang dilakukan adalah tes
kreativitas figural yang dikembangkan oleh Utami Munandar. Karakteristik yang
dimaksudkan adalah karakteristik professional yang dapat dikembangkan melalui
pelatihan dalam jabatan seperti kemampuan untuk mempergunakan keterampilan
dinamika kelompok, teknik dan strategi yang maju dalam mata ajaran tertentu,
memberikan pelatihan inquiry dan
memahami ilmu computer (Munandar:2009).
Selain itu fasilitas yang disedikan oleh sekolah,
mulai dari untuk kegiatan seni, olahraga dan kegiataan akademik juga mendukung
pengembangan kreatif siswa, karena siswa di SMA tersebut diberikan kebebasan yang
bertanggung jawab untuk menggunakan seluruh fasilitas sekolah. Sistem moving class yang diterapkan juga
membuat siswa semakin mandiri, namun sistem ini membuat siswa menjadi kurang
aktif dalam menghias dan menciptakan kelas yang sesuai dengan iklim kelas
masing-masing.
Bisa dikatakan secara keseluruhan sekolah yang saya
jalani memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengembangkan kreatifitas,
hanya saja masa SD dan SMP kurang terasah karena kurangnya kesempatan dan
minimnya kesempatan dan fasilitas.
3.
Peran Masyarakat
Menurut Arieti
(1976) dikutip dari Munandar (2009) ada yang disebut dengan kebudayaan creativogenic yang mempunyai
karakteristik sebagai berikut :
·
Tersedianya sarana-prasarana
kebudayaan
·
Keterbukaan terhadap
rangsangan kebudayaan
·
Penekanan pada becoming, tidak hanya pada being
·
Kesempatan bebas
terhadap media kebudayaan
·
Kebebasan,
dengan pengalaman tekanan dan rintangan sebagai tantangan
·
Menghargai dan
dapat mengintegrasi rangsangan dari kebudayaan yang berbeda
·
Toleransi dan
minat terhadap pandangan yang divergen
·
Interaksi antara
pribadi-pribadi yang berarti
·
Adanya insentif,
penghargaan atau hadiah.
Hampir keseluruhan karakteristik
tersebut dimiliki oleh lingkungan masyarakat saya tinggal. Hanya saja sarana
dan prasarana yang tersedia sangatlah terbatas, mengingat saya tinggal di
daerah kabupaten yang tergolong stagnan.
Keadaan tersebut membuat bakat kreatif yang terasah hanya dalam bidang yang ada
saja. Seperti menyanyi, tor tor batak
dan bermain alat music, namun karena memang minat yang kurang bakat kreatif
dalam bidang tersebut tidak terasah maksimal.