Halo blog! Lama
tak berkisah.
Setelah sekian
lama tak bercerita ke dunia maya, akhirnya ada juga yang pingin disampaikan
disini, karena di dunia nyata kisah ini belum tau bisa di share ke siapa.
***
Hidup memang
selalu tau cara yang tepat untuk mengajari seseorang. Di ilmu psikologi kita
belajar kalau individu bisa belajar dengan cara visual, auditori dan
kinestetik. Beruntungnya, aku paling tidak dominan di audio dan dominan di
kinestetik dan hidup juga memberiku pelajaran dengan media kinestetik. Yeps,
pengalaman langsung!.
Jadi ceritanya,
belakangan ini aku lagi banyak belajar tentang hidup. Khususnya tentang love and relationship. Setahun belakangan ini, aku banyak mempelajari
tentang love and relationship dan
hampir seluruh pembelajaran yang aku dapatkan itu aku alami sendiri. Mulai dari
patah hati, pelarian, naksir,temen rasa pacar, pacar rasa teman, ah.. banyaklah
yang aku pelajari setahun belakangan ini. Belakangan yang paling berkesan
adalah tentang hubungan pertemanan dengan opposite
sex.
Ngga bisa
dipungkiri, kadang hubungan dengan teman lawan jenis itu bisa sedikit bikin
silap. Kalau tidak pandai mengendalikan diri pasti bisa baper. Malangnya, aku
hampir lepas kendali, tapi entah kenapa, ada saja buku yang keep me on track (terus aku sadar kalau
ternyata hidup begitu baik pada ku). Nah, jadikan aku punya temen, terus kadang
dia macam tahapa gitulah. Akukan kadang kek lepas kendali gitu, jadi kadang
lupalah aku kalau dia temen ku. Tibalah puncaknya waktu aku lagi sumuk, terus
tersampaikanlah sama dia kalau kadang aku ngerasa dia itu lain and then situasinya pun berubah.
Nah, sembari
menjalani hubungan pertemanan dengan dia, aku sambil baca buku yang judulnya Act Like a Lady, Think Like a Man
karangan wak Steve Harvey. Dalam bukunya ada dia jelasin tentang alas an laki-laki
dalam berperilaku. Nah, yang paling menarik itu salah satu bab dengan judul Sport Fish vs Keepers : How Men Distinguish
Between the Marrying Types and the Playthings. Jujur aja, aku tertarik
dengan bab ini karena ada kata playthings
disitu.
***
Kita semua
taulah kalau banyak lakik yang suka main-mainkan perasaan perempuan. Jadi, aku
sering gitu ngelihat kalau ada aja laki-laki yang ngincar perempuan terus
dideketin deketin, terus setelah dapat perempuan itu malah dicuekin, ditinggal.
Kejam!. Nah, aku juga nangkep ada pola pedekate yang secara umum dipakai
laki-laki jenis itu. Nah, biasanya lakik yang kaya gitu suka ngedekatin dengan
intens, jadi perempuan itu di hubungi, dideketin habis-habisan, komunikasi
dijaga tetap intens dengan harapan perempuan itu bakal terbiasa dengan
kehadiran si lakik, nah setelah si perempuan dirasa cukup terbiasa, si lakik
akan menghilang (untuk sementara) dan ngelihat, si perempuan kecarian apa ndak.
Dan kalau si perempuan kecarian, dia udah tau kalau si perempuan sudah mulai
terbiasa dan baper dan taraaaaaaaaaa dia udah berhasil. Nah, sekarang nasib si perempuan
akan ditentukan oleh perilakunya dan niat si lakik.
Nah, hasil
observasi ku ini ternyata bisa dibenarkan dengan apa yang disampaikan wak Steve
Harvey dalam bukunya. Jadi, uwak itu membedakan laki-laki jadi dua jenis, lakik
yang mau nangkap ikan aja, terus setelah dapat dibalikin ke air (main-main)
atau lakik yang nangkap ikan buat dibawa pulang (serius). Nah, banyak dari
lakik yang memang sengaja mancing ikan buat dibalikin lagi ke air. Kenapa,
karena lakik memang pada dasarnya hunter
dan perempuan itu buruannya.
Dalam bukunya,
Steve Harvey bilang kalau sikap si perempuan juga menentukan apa dia hanya jadi
ikan yang bakal dibalikin ke air atau jadi ikan yang dibawa pulang ke rumah.
Nah, aku mau nambahkan pendapatku, selain sikap si perempuan, niat si laki-laki
juga ngaruh loh. Berdasarkan observasi mendalam dan hasil nguping pembicaraan
laki-laki yang udah sejak lama ku lakukan, aku menyimpulkan, banyak loh
laki-laki yang memang mau sport fishing
aja. Kasarnya, hanya mau bikin baper aja, hanya mau bikin perempuan yang jadi
target suka sama dia. Udah, niatnya sampai situ aja and then setelah perempuan itu baper ya dibiarin aja, kalau dia
jahat ya dimanfaatin aja. Setelah perempuan itu baper, itu bisa jadi ajang
pamer untuk teman-temannya. Ibarat orang yang sport fishing, setelah ikannya
dapat, dia foto dengan ikan itu terus ikannya dibalikin ke air dan fotonya bisa
di publish di sosial media, dipamerkan ke teman-temannya.
***
Balik lagi ke
pengalamanku.
Sebenernya aku
engga ngerasa dijadikan ikan yang dibalikin ke air sih dalam kasus ini. Tapi,
si kawan itu yang kayanya ngerasa lagi sport
fishing and then toss me back to sea. Beruntungnya aku, aku ngebaca buku
ini sambil melihat perilakunya. Wkwkw (forgive
me bro).
But, my big mistake adalah, I’m so depent on him and
act like I like him. Padahal, I just feel so comfort with him and
sometimes it’s feel like I have a brothers (maklum ye anak pertama gitu
memang, rada mendambakan punya abang). Yang, kadang aku lupa gitu dengan
posisiku dan kadang aku mikir jangan-jangan aku baper, padahal aku hanya
terlalu nyaman.
Jadi, sekarang aku
mencoba untuk berperilaku senormal mungkin, But,
I really don’t like his behavior changing. He act like I like him and it’s
really makes me feel so discomfort. His
behavior changes membuaku mikir dia bener-bener mencoba untuk sport fishing. Temen jenis itu apa harus
dipertahankan?
Lalu cerita ini
berakhir ngambang. wkwkwk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar