Selasa, 24 September 2013

Orang Kreatif Disekitarku…

Kali ini kelas kreatifitas mendapatkan tugas untuk menceritakan salah satu orang kreatif yang dikagumi atau berada disekitarnya. Nah, untuk tugas ini saya akan menceritakan seorang teman yang berinisial “U”sebagai salah seorang kreatif yang saya kenal. Menurut saya U merupakan orang yang kreatif. Kenapa? Bukan karena ia terkenal seperti Lady Gaga (yang menurut saya juga kreatif. Sangat!) atau seperti Elias Howe yang berhasil menemukan mesin jahit dan menjadi media kreatif sangat banyak orang. Tetapi, saya menyebutnya kreatif karena ia ‘berbeda’. Hasil pemikirannya sangat berbeda dari teman-teman yang lainnya. Idenya cukup fresh dan tidak terpikirkan oleh orang disekitarnya.

Sebagai pribadi, saya menilai U memiliki ciri-ciri pribadi yang kreatif, seperti 
  • Tidak cepat putus asa
  • Tidak menghiraukan kritik dan ejekan dari orang lain
  • Berani mengambil resiko
  •  Suka mencoba hal-hal baru
  •  Berani untuk berbeda
  • Tidak takut membuat kesalahan
  • Rasa ingin tahunya tinggi dan memiliki minat yang luas
  • Mampu melihat masalah dari berbagai perspektif
  • Minat seni dan estetika yang juga lebih kuat dari teman-teman kebanyakan

Berbicara tentang press, menurut saya U merupakan anak yang mendapatkan kebebasan psikologis dan memiliki motivasi internal untuk kreatif dan didukung pula oleh lingkungan eksternalnya. Hal ini tampak dari kebebasan berpikir dan mencoba U yang dapat dilakukannya tanpa ada satu atau lainhal yang cukup menghalangi.
Dalam prosesnya, teori wallas tampak jelas dalam proses kreatif U. mulai dari persiapan, inkubasi, iluminasi hingga verifikasi. Proses ini sangat jelas saya lihat sebelum U menghasilkan sesuatu yang kreatif. Biasanya ia suka duduk berpikir, lalu pergi untuk melalukan sesuatu yang menurutnya menyenangkan, lalu ia akan kembali lagi berpikir dan menuliskan konsepnya yang hanya dia mampu untuk membaca (maafkan aku U, tulisanmu memang , ahh.. sudahlah) dan.. taraaaa.. ia akan mencoba konsepnya dan biasanya itu selalu mengejutkan..
Walaupun produk yang dihasilkan U bukan hal yang orisinil benar-benar baru, tetapi bumbu-bumbu yang U tambahkan membuat itu seakan-akan baru dan fresh. Cara penyajiannya yang unik membuat itu menjadi salah satu hal yang saya anggap kreatif.

Nah, berikut saya akan menceritakan salah satu kisah kreatif U.
Pernah suatu hari saya menemani U untuk mengikuti suatu event, di event tersebut ia harus menampilkan sebuah hiburan menarik sebagai seorang pesulap. Nah, biasanyaa pemain sulap menggunakan pakaian serba hitam, gelap dan terlihat misterius. Sedangkan U tampil dengan baju koko berwarna pink muda dan menggunakan scarf  kotak-kotak hitam putih. Dari segi penampilan saja U sudah unik.
Sebelum tampil di panggung U membaca sesuatu yang ia beri judul konsep, sedang saya hanya menatap bingung tidak paham dengan tulisannya, lalu tiba saatnya dia tampil. Apa yang ia tampilkan? Sebagai seorang pesulap, ia mendongeng diatas panggung. :o Ya, ia mendongeng. Ia menampilkan sulap yang dikombinasikan dengan dongeng. Dan alhasil banyak orang yang mengatakan itu unik, tidak biasa dan  kreatif.


Memang sudah banyak orang yang jadi pesulap dan mungkin permainan sulapnya jauh lebih keren dari pada U. tetapi tidak dapat saya pungkiri apa yang U tampilkan dalam event tersebut cukup fresh dan kreatif.

Rabu, 18 September 2013

Tugas Matakuliah Kreativitas



  1. Benda apakah itu ? banner Jadwal Kuliah
  2. Kenapa membuat benda ini ? Karena saya belum membuat jadwal dikamar dan saya memerlukan jadwal guna mengingatkan, dan juga karena saya suka hiasan warna warni.
  3. makna?  Mengingatkan saya akan jadwal kuliah dan juga membuat suasana kamar saya semakin berwarna.
  4. apa implikasi 4P terhadap prakarya ini?
Pribadi : Sebagai pribadi, saya suka membuat sesuatu, terutama benda yang memiliki guna, baik nilai                            estetika maupun nilai pakai.
Press    : Dorongan pembuatan prakarya ini adalah tuntutan dari matakuliah yang menyebabkan munculnya                  dorongan pribadi untuk mebuat sesuatu yang cantik dan berguna.
Produk : Benda ini memang bukan sesuatu yang baru lagi bagi masyarakat, namun benda ini mampu untuk                   memenuhi kebutuhan saya yang mana belum ada jadwal yang tertempel di kamar. jadwal ini akan                 sangat membantu karena saya sering lupa dengan jadwal.
Proses  : pembuatan banner jadwal kuliah ini dapat diimplikasikan pada teori Wallas, yang mana pada                        proses pembuatannya terjadi persiapan, inkubasi, iluminasi dan verifikasi.
               Persiapannya : Berpikir mengenai apa yang akan dibuat dari bahan-bahan yang diberikan oleh                                             dosen pengampu
               Inkubasi  : Membiarkan semua alat dan bahan dan melihat-lihat sekeliling.
               Iluminasi  : Menemukan ide untuk membuat jadwal kuliah yang warna-warni
               Verifikasi : Melihat alat dan bahan yang ada mencoba-coba apakah alat dan bahan tersebut bisa                                     dibuat jadwal kuliah warna/i seperti yang terpikirkan.

Terimakasih :)

BAB II : PENDEKATAN EMPAT P DALAM PENGEMBANGAN KREATIVITAS


A.  Makna dari Pengembangan Kreativitas
Sebagai pribadi, maupun sebagai kelompok asatu suatu bangsa, kita harus mampu memikirkan, membentuk cara-cara baru atau mengubah cara-cara lama secara kreatif, agar kita dapat “survive” dan tidak hanyut atau tenggelam dalam persaingan antar bangsa dan Negara. Mengapa kreatifitas begitu bermaksan dalam hidup?
·         Karena dengan berkreasi orang dapat mengaktualisasikan dirinya dan aktualisasi diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia (Maslow, 1967). Kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenihnya.
·         Kreatifitas sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, merupakan suautu bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan.
·         Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu, kepuasan ini bahkan lebih dari pada keuntungan material semata-mata.
·         Kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam era pembangunan ini kesejahteraan dan kejayaan  masyarakat dab Negara bergantung pada sumbangan kreatif.
B.  Teori Empat P yang Melandasi Pengembangan Kreativitas
1.  Teori tentang pembentukan pribadi kreatif
a.    Teori Psikoanalisis
Pada umumnya teori psikoanalisis melihat kreativitas sebagai hasil mengatasi suatu masalah yang biasanya dimulai di masa kanak-kanak. Pribadi kreatif dipandang sebagai seseorang yang pernah mempunyai pengalaman traumatis, yang dihadapai dengan memungkinkan gagasan – gagasan yang disadari dan yang tidak disadari bercampur menjadi pemecahan inovatif dari trauma.
·         Teori Freud
Menurut beberapa pakar psikologi kemampuan kreatif merupakan cirri kepribadian yang menetap pada lima tahun pertama dari kehidupan. Sigmund Freud menjelaskan proses kreatif sebagai mekanisme pertahanan, yang merupakan upaya tak sadar untuk menghindari kesadaran mengenai ide-ide yang tidak menyenangkan  atau yang tidak dapat diterima. Freud percaya, bahwa meskipun kebanyakan mekanisme pertahanan menghambat tindakan kreatif, mekanisme sublimasi justru menjadi penyebab utama dari kreatifitas.
·         Teori Kris
Ernest Kris menekankan bahwa mekanisme pertahanan regrei juga sering muncul dalam tindakan kreatif. Orang-orang kreatif adalah mereka yang mampu memanggil bahan-bahan dari alam pikiran tidak sadar. Mereka dapat mempertahankan sikap bermain dengan masalah-masalah serius dalam kehidupan.
·         Teori Jung
Jung percaya bahwa ketidaksadaran memainkan peran yang amat penting dalam kreatifitas tingkat tinggi. Alam pikiran yang tidak disadari dibentuk oleh masa lalu pribadi. Disamping itu, ingatan kabur dari pengalaman-pengalaman seluruh umat manusia tersimpan disana. Dari ketidaksadaran kolektif ini timbul penemuan, teori seni, dan karya-karya baru lainnya. Proses inilah yang menyebabkaan kelanjutan eksistensi manusia.
b.    Teori Humanistik
Teori humanistic melihat kreativitas sebagai hasil dari kesehatan psikologis tingkat tinggi.
·         Teori Maslow
Menurut Maslow manusia memiliki naluri dasar yang menjadi nyata sebagai kebutuhan. Kebutuhan ini berurut mulai dari kebutuhan primitive hingga kebutuhan tingkat tinggi. Kebutuhan –kebutuhan ini harus terpenuhi agar individu dapat mewujudkan dirinya.
·         Teori Rogers
3 kondiri yang kreatif menurut Rogers:
o   Keterbukaan terhadap pengalaman
o   Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang
o   Kemampuan untuk bereksperimen, untuk bermain dengan konsep – konsep.
Aliran humanistic melihat kreativitas sebagai lebih sadar, kognitif dan intensional dari pada teori psikoannalisis. Konsep humanistic adalah bahwa krestivitas dilahirkan karena dorongan untuk mencapai kemungkinan-kemungkinan yang tertinggi dalam hidup dan bukan sebagai pertahanan terhadap neurotic.
c.    Ciri-ciri kepribadian kreatif
ü  Selalu ingin tahu
ü  Memiliki minat yang luas
ü  Menyukai kegiatan kreatif
ü  Mandiri dan percaya diri
ü  Berani mengambil perhitungan (dengan perhitungan)
ü  Tidak terlalu menghiraukan ejekan dari orang lain
ü  Tidak takut salah dan berani mengemukakan pendapat walaupun banyak yang tidak setuju
ü  Berani untuk berbeda, menonjol, membuat kejutan atau menyimpang dari tradisi
ü  Tidak cepat putus asa
ü  Terorganisasi dalam bertindak karena didahului oleh perencanaan yang matang
ü  Energy, spontanitas, dan kepetualangan yang luar biasa
ü  Dapat melihat masalah dari berbagai perspektif
ü  Tertarik kepada hal rumit dan misterius
ü  Minat seni dan keindahan lebih kuat dari rata-rata
2.  Teori-teori tentang “Press”
a.    Motivasi untuk kreatif
Pada setiap orang ada kecenderungan atau dorongan untuk mewujudkan potensinya, untuk mewujudkan dirinyaa; dorongan untuk brkembang dan menjadi matang, dorongan untuk mengungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitas seseorang. Dorongan yang ada dalam setiap orang disbut dorongan internal dan membutuhkan kondisi yang tepat untuk diekspresikan.
b.    Kondisi Eksternal yang Meendorong Perilaku Kreatif
ü  Keamanan Psikologis
Ini dapat terbentuk dengan 3 proses yang saling berhubungan :
1.     Menerima individu sebagaimana adanya dengan segala kelebihan dan keterbatasannya
2.    Mengusahakan suasana yang didalamnya evaluasi eksternal tidak ada
3.    Memberikan pengertian secara empatis
ü  Kebebasan Psikologis
Jika orang tua atau guru mengijinkan atau member kesempatan pada anak untuk bebas mengeskpresikan secara simbolis pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya, permissiveness ini memberikan pada anak kebebasan dalam berpikir atau merasa sesuai dengan apa yang ada dalam dirinya. Mengekpresikan dalam tindakan konkret perasaan-perasaannya.

3.  Teori tentang Proses kreatif
a.    Teori Wallas
Dalam teori wallas dikatakan bahwa proses kreatif meliputi 4 tahap:
1.     Persiapan yaitu untuk mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan belajar berpikir, mencari jawaban dan bertanya kepada banyak orang.
2.    Inkubasi. Tahap ini adalah untuk sementara melepaskan diri dari masalah tersebut (mengeramnya)
3.    Iluminasi adalah tahap timbulnya “insight” atau “Aha-Erlebnis” ataupun inspirasi.
4.    Verifikasi atau evaluasi yang mana ide tersebut harus diuji kedalam realitas.
b.    Teori tentang Belahan Otak Kanan dan Kiri
Dihipotesiskan bahwa belahan otak kanan terutama berkaitan dengan fungsi-fungsi kreatif, sehingga terhadi “dichotomania” , membagi-bagi fungsi mental menjadi otak kanan dan otak kiri. Akan tetapi teori ini masih membutuhkan pengkajian lebih lanjut.
4.  Teori tentang Produk kreatif
Pada pribadi kreatif, jika memiliki kondisi pribadi dan lingkungan yang menunjang untuk bersibuk diri secara kreatif makan diprediksikan bahwa produk kreatifnya akan muncul. Pribadi + Press = Produk
a.    Hukum Paten dalam Penilaian Produk Penemuan
Hukum paten AS mempertimbangkan unsure-unsur berikut dalam memberikan hak paten kepada investor, yaitu :
1.     Kegiatan intelektual yang bermutu mendahului penemuan/rekaan
2.    Gagasannya jelas dalam mengatasi masalah/kesulitan khusus
3.    Jumlah eksperimentasi yang dilakukan sebelum mencapai produk baru dianggap penting
4.    Sejauh mana telah mengalami kegagalam
5.    Produk harus berguna dan merupakan kemajuan
6.    Produk terutama dinilai kreatif jika ada orang-orang dalam bidang kegiatan tersebut sebelumnya menunjukkan keragu-raguan tentang kemungkinan penemuan yang baru
7.    Produk harus memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi.
b.    Model dari Besemer dan Treffinger
Basemer dan Treffinger menyarankan bahwa produk kreatif dapat digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu :
Kebaruan, yaitu sejauh mana produk itu baru, orisinil dan menimbulkan kejutan
Pemecahan, yaitu menyangkut derajat sejauhmana produk itu memenuhi kebutuhan dari situasi bermasalah.
Elaborasi dan sintesis, merujuk pada derajat/sejauhmana produk itu menggabung unsure-unsur yang tidak sama /serupa menjadi keseluruhan yang canggih dan koheren. Criteria penilaiannya : organis, elegan, kompleks, dapat dipahami dan keterampilan.
c.    Model Penilaian Kreativitas dalam mengarang
Kelancara, kelenturan, keaslian dan kerincian (elaborasi) menjadi criteria penilaian dalam mengarang.

C.  Strategi 4P dalam Pengembangan Kreativitas
1.     Pribadi
Kreativitas adalah ungkapan (ekspresi) dari keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Ungkapan kreatif ialah yang mencerminkan individu tersebut.  
2.    Pendorong
Bakat kreatif siswa akan terwujud jika ada dorangan dan dukungan dari lingkungannya, ataupun jika ada dorongan kuat dalam dirinya sendiri untung menghasilkan sesuatu.
3.    Proses
Untuk mengembangkan kreativitas, anak perlu diberi kesempatan untuk bersibuk diri secara kreatif. Pendidik hendaknya dapat merangsang anak untuk melibatkan dirinya dalam kegiatan kreatif dengan membantu sarana prasarana yang diperlukan.
4.    Produk
Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang bermakna ialah kondisi pribadi dan kondisi lingkungan, yaitu sejauhmana keduanya mendorong seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses kreatif.

Rabu, 11 September 2013

Resume BAB 1 : DASAR PERTIMBANGAN, KEBIJAKAN DAN KONSEP KETERBAKATAN KREATIVITAS


1.      Dasar Pertimbangan untuk Pengembangan Kreativitas
Hakikat Pendidikan
            Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan Negara. Tujuan pendidikan pada umumnya adalah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat. Kreativitas atau daya cipta memungkinkan penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi, serta dalam semua bidang usaha manusia lainnya
Kebutuhan akan Kreativitas
            Perhatian utama terhadap kreativitas dan kesadaran akan pentingnya bagi dunia ilmu pengetahuan datang dari bidang di luar psikologi. Perusahaan-perusahaan mengakui makna yang sangat besar dari gagasan-gagasan baru, banyak departemen pemerintah mencari orang-orang yang memiliki potensi kreatif-inventif. Kebutuhan-kebutuhan ini belum cukup dapat dilayani.
Kendala dalam Pengembangan Kreativitas
            Salah satu kendala konseptual utama terhadap studi kreativitas adalah pengertian tentang kreativitas sebagai sifat yang diwarisi oleh orang yang berbakat luar biasa atau genius. Kreativitas diasumsikan sebagai sesuatu yang dimiliki atau tidak dimiliki, dan tidak banyak yang dapat dilakukan memalui pendidikan untuk mempengaruhinya.
            Kendala konseptual lainnya terhadap ‘gerakan kreativitas’ terletak pada alat-alat ukur (tes) yang biasanya dipakai disekolah-sekolah yang hanya meliputi tugas-tugas yang harus dicari satu jawaban yang benar (berpikir konvergen). Kemampuan berpikir divergen dan kreatif, yaitu menjajaki berbagai kemungkinan jawaban atas suatu masalah, jarang diukur.
            Sebab utama lain dari kurangnya perhatian dunia pendidikan dan psikologi terhadap kreativitas terletak pada kesulitan merumuskan konsep kreativitas itu sendiri. Memang sukar untuk menentukan satu defenisi yang operasional dari kreativitas, karena kreativitas merupakan konsep yang majemuk dan multi dimensional, lepas dari kesulitan dalam terminology (daya cipta, daya kreasi atau kreativitas).
            Sebab lainnya adalah metodologis. Tuntutan alat ukur yang mudah digunakan dan objektif telah mengalihkan perhatian dari upaya untuk mengukur kemampuan kreatif, yang menuntut jenis tes divergen mana kala ada kemungkinan subjektivitas dalam penilaian.
Hubungan Kreativitas – Intelegensi
            Pengembangan kreativitas ditelantarkan dalam pendidikan formal, padahal amat bermakna bagi pengembangan potensi anak secara utuh dan bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan seni budaya. Kemudian dengan diajukannya struktur intelektual, tampak perhatian terhadap kreativitas, termasuk hubungan antara kreativitas dan intelegensi sangatlah meningkat, khusunya sejauh mana intelegensi berpengaruh terhadap kreativitas seseorang.
            Sehubungan dengan masalah dimensionalitas intelegensi-kreativitas, dalam penelitian Utami Munandar (1977) dari hasil studi korelasi dan analisis faktor membuktikan tes kreativitas sebagai dimensi fungsi kognitif yang relative bersatu yang dapat dibedakan dari tes intelegensi, tetapi berpikir divergen juga menunjukkan hubungan yang bermakna dengan berpikir konvergen.
Peran Intelegensi dan Kreativitas Terhadap Prestasi Sekolah
            Kelompok siswa yang kreativitasnya tinggi tidak berbeda dengan prestasi sekolah dari kelompok siswa yang intelegensinya relative lebih tinggi. Daya imajinasi, rasa ingin tau, dan orisinalitas dari subjek yang kreativitasnya tinggi dapat mengimbangi kekurangan dalam daya ingatan dan faktor-faktor lain yanh diukur oleh tes intelegensi tradisional. Kreativitas sama absahnya seperti intelegensi sebagai predictor dari prestasi sekolah.
            Adapun kombinasi dari intelegensi dan kreativitas lebih efektif lagi sebagai predictor prestasi sekolah dari pada masing-masing ukuran sendiri. Milgram (1990) menekankan bahwa IQ semata-mata tidak dapat meramalkan kreativitas dalam kehidupan nyata.
            Menurut Cropley (1994), keterbakatan yang sungguh-sungguh merupakan gabungan antara kemampuan konvensional dan kemampuan kreatif. Dengan mengetahui hubungan antara kreativitas, intelegensi, dan ingatan dengan prestasi belajar, bagaimana sumbangan relative masing-masing terhadap keberhasilan di sekolah, kita dapat menarik kesimpulan mengenai corak dan tujuan dari sistem pendidikan tersebut; inilah yang disebut diagnostic terbaik oleh Hofstee (1969).
Sikap Kreatif sebagai Non-Aptitude Trait dari Kreativitas
            Secara umum dapat diterima bahwa produktivotas kreatif merupakan perubah yang majemuk meliputi faktor sikap, motivasi dan tempramen di samping kemampuan kognitif. Cirri-ciri aptitude dari kreativitas meliputi kelancaran, kelenturan dan orisinilitas dalam berpikir, dan ciri-ciri ini dioperasionalisasikan dalam tes berpikir divergen. Namun produktivitas kreatif tidak sama dengan produktivitas divergen. Sejauh mana seseorang mampu menghasilkan prestasi kreatif ikut ditentukan oleh ciri-ciri non-aptitude (afektif).
            Sehubungan dengan itu pengembangan kreativitas siswa tidak hanya memperhatikan pengembangan kemampuan berpikir kreatif tetapi juga pemupukan sikap dan ciri-ciri kepribadian kreatif. Keterbakatan merupakan perpautan antara kemampuan umum atau intelegensi, kreativitas dan pengikatan diri terhadap tugas atau motivasi internal yang juga merupakan non-aptitude trait.
Sikap Guru dan Orang Tua Mengenai Kreativitas
            Kedua lingkungan pendidikan ini dapat berfungsi sebagai pendorong dalam pengembangan kreativitas anak. Kemampuan kreatif seseorang sering begitu ditekan oleh pendidikan dan pengalamannya sehiangga ia tidak dapat mengenali potensi sepenuhnya, apalagi mewujudkannya. Jika ia dapat dibantu dalam hal ini, ia dapat mencapai apa yang disebut Maslow sebagai aktualisasi diri. Dalam beberapa penelitian disebutkan bahwa guru lebih menyukai siswa dengan kecerdasan tinggi daripada siswa kreatif.
2.      Dasar Pertimbangan untuk Pendidikan Anak Berbakat
Mengapa pelayanan pendidikan khusus bagi yang berbakat perlu, yaitu :
1.      Keterbakatan tumbuh dari prosesn interaktif antara lingkungan yang merangsang dan kemampuan pembawaan dan prosesnya.
2.      Pendidikan atau sekolah hendaknya dapat memberikan kesempatan pendidikan yang sama kepada semua anak untuk mengembangkan potensinya.
3.      Jika anak berbakat dibatasi dan dihambat dalam perkembangannya, jika mereka tidak dimungkinkan untuk maju lebih cepat dan memperoleh materi pengajaran sesuai dengan kemampuannya, sering mereka menjadi bosan, jengkel, atau acuh tak acuh.
4.      Terhadap kekhawatiran bahwa pelayanan pendidikan khusu bagi anak berbakat akan membentuk kelompok elite.
5.      Anak dan remaha berbakat merasa bahwa minat dan gagasan mereka sering berbeda dari teman sebaya, hal ini dapat membuat mereka merasa terisolasi, sehingga tidak jarang mereka membentuk konsep diri yang negative.
6.      Jika kebutuhan anak berbakat dipertimbangkan dan dirancang program untuk memenuhi kebutuhan pendidikan mereka sejak awal, maka mereka menunjukkan peningkatan yang nyata dalam prestasi, sehingga tumbuh rasa kompetensi dan harga diri.
7.      Mereka yang berbakat jika diberi kesempatan dan pelayanan pendidikan yang sesuai akan dapat member sumbangan yang bermakna kepada masyarakat dalam semua bidang usaha manusia.
8.      Dari sejarah tokoh-tokoh yang unggul dalam bidang tertentu ternyata memang ada diantara mereka yang semasa kecil atau sewaktu dibangku sekolah tidak dikenal sebagai seorang yang menonjol dalam prestasi sekolah, namun mereka berhasil dalam hidup.

3.      Kebijakan
Kebijakan tentang Pelayanan Pendidikan Anak Berbakat
Pendidikan anak berbakat dinyatakan dalam :
·         Undang-Undang Repunlik Indonesia Nomor 2 tahun 1989 tentag Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 8 ayat (2)
·         Pasal 24 ayat (1)
·         Pasal 24 ayat (7)
·         GBHN 1993
Kebijakan tentang Pengembangan Kreativitas
Terdapat dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara 1993
Peranan Kreativitas dalam Program Pendidikan Anak Berbakat
Meningkatkan kreativitas merupakan bagian integral dari kebanyakan program untuk anak berbakat. Hal ini tidak berarti bahwa kreativitas harus dilihat terpisah dari mata ajaran lainnya. Kreativitas hendaknya meresap dalam seluruh kurikulum dan iklim kelas melalui faktor-faktor seperti sikap menerima keunikan individu, pertanyaan yang berakhir terbuka, penjajakan dan kemungkinan membuat pilihan.
4.      Konsep Kreativitas
Kreativitas dan Aktualisasi Diri
            Damm (1970) menyimpulkan bahwa baik kreativitas maupun intelegensi berkorelasi dengan aktualisasi diri, dan tingkat aktualisasi diri yang tertinggi dicapai oleh siswa sekolah menengah yang sama-sama kreatif dan inteligen. Maslow membedakan antara kreativitas aktualisasi diri dengan kreativitas talenta khusus. Orang-orang dengan kreativitas talenta khusus memiliki bakat atau talenta kreatif yang luar biasa dalam bidang seni, sastra, musi, teater, sains, bisnis, dan bidang lainnya.
Konsep Kreativitas dengan pendekatan Empat P
            Defenisi pribadi yang meliputi ciri-ciri seperti fleksibilitas, toleransi terhadap kedwiartian, dorongan untuk berprestasi dan mendapat pengakuan, keuletan dalam menghadapi rintangan, dan pengambilan resiko yang moderat.
            Defenisi proses yang meliputi seluruh proses kreatif dan ilmiah mulai dari menemukan masalah sampai dengan menyampaikan hasil.
            Defenisi produk yang dikemukakan adalah bahwa produk itu harus nyata, baru dan merupakan hasil kualitas yang unik dari individu dalam interaksinya dengan lingkungannya.
            Defenisi press yaitu berupa dorongan atau hasrat internal untuk mencipta atau bersibuk diri.

5.      Konsep Anak Berbakat dan Keterbakatan
Defenisi USOE tentang Keterbakatan
            Anak berbakat adalah mereka yang oleh orang-orang professional diidentifikasi sebagai anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuan – kemampuan yang unggul. Anak-anak tersebut memerlukan program pendidikan yang berdiferensiasi dan/atau pelayanan diluar jangkauan program sekolah biasa agar dapat merealisasikan sumbangan mereka terhadap masyarakat maupun untuk pengembangan diri sendiri.
Kemampuan-kemampuan tersebut, baik secara potensial ,aupun yang telah nyata, meliputi:
·         Kemampuan intelektual umum
·         Kemampuan akademik khusus
·         Kemampuan berpikir kreatif-produktif
·         Kemampuan memimpin
·         Kemampuan dalam salah satu bidang seni
·         Kemampuan psikomotor
Beberapa implikasi dari defenisi ini bagi identifikasi dan pengembangan anak berbakat ialah, pertama, bahwa harus dibedakan antara bakat sebagai potensi yang mungkin belum terwujud dan bakat yang sudah terwujud dan nyata dalam prestasi yang unggul. Potensi anak berbakat merupakan sumber daya manusia yang berkualitas.
Implikasi dan manfaat kedua dari defenisi USOE ini adalah tuntutan bahwa anak berbakat memerlukan pelayanan dan program pendidikan khusus sesuai dengan potensi, minat dan kemampuannya; hal ini sesuai dengan UU No.2 Pasal 24 Ayat (1).


Konsepsi Renzuli tentang Keterbakatan
Three-Ring Conception dari Renzulli dan kawan-kawan (1981) yang menyatakan bahwa tiga ciri pokok yang merupakan criteria keterbakatan ialah keterkaitan antara :
·         Kemampuan umum diatas rata-rata
·         Kreativitas diatas rata-rata, dan
·         Pengikatan diri terhadap tugas.
Suatu defenisi mengetahui tiga kriteris berbakat, yakni:
·         Harus berdasarkan riset tentang karakteristik orang berbakat
·         Memberikn arah dalam seleksi dan/atau pengembangan instrument dan prosedur identifikasi
·         Memberikan arah dan berkaitan dengan praktek program, seperti seleksi mencari dan metode instruksi serta seleksi dan pelatihan guru anak berbakat.


Sumber: Munandar, Prof. Dr. Utami.2009.Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat.Jakarta, Rineka Cipta.