Jumat, 31 Mei 2013

       Saya pernah mendapatkan tugas untuk melakukan observasi ke sekolah mengenai topik proses e-learning yang terjadi di SMA. Dalam tugas observasi ini, kami ditempatkan di salah satu SMA yang memiliki kelas internasional dan melalui proses preizinan, akhirnya saya dan kelompok ditempatkan untuk observasi di kelas internasional ini.
       Observasi dilakukan pada pukul 12.00 WIB sehabis istirahat, pada pelajarab bahasa Indonesia. Sangat mengejutkan, suasana kelas sangat jauh dari observer bayangkan. saya mengira pembelajaran akan berlangsung dengan tertib dan teratur (saya berasal dari SMA semi militer yang terbiasa dengan kelas kondusif). jauh dari bayangan, kelas berlangsung dengan sangat ramai (mengingat didalam hanya nada 12 anak + 1 guru dan 5 observer) observer hanya diam memperhatikan dibelakang, kelas yang hanya diisi dengan 12 murid sangat ramai pada saat guru menjelaskan.
      Saya melihat ada murid yang menjawab telepon saat guru sedang menjelaskan, ada yang mengobrol dengan teman dan yang sibuk sendiri. Jujur, saya sangat terkejut dengan keadaan seperti ini. Saya memang kurang paham bagaimana sekolah memperlakukan murid yang berada di kelas internasional. Namun, yang menjadi kegalauan adalah, apakah gurunya tidak perduli bagaimana murid menghargai beliau atau memang sudah dikondisikan kelas internasional dapat berlaku seperti itu?
       Saya akui, murid yang duduk dikelas internasional memang cerdas. Namun, dengan realita yang saya lihat seperti diatas, saya jadi kurang respect. Saya sangat menghargai orang-orang cerdas tetapi saya jauh lebih menghargai orang dengan kemampuan rata-rata yang sopan.

*tulisan ini hanya curcol. bersifat subjektif.

Kamis, 30 Mei 2013

PERBEDAAN PRIVATE SPEECH MENURUT VYGOTSKY DAN PIAGET


            Private Speech (disebut juga dengan “bergumam” atau “berbicara sendiri” dalam Bahasa Indonesia”) adalah berbicara dengan keras kepada diri sendiri tanpa niat berkomunikasi secara inten dengan orang lain (Papalia:267). Private Speech ini biasanya terjadi pada anak yang berada pada tahap praoperasional atau yang berusia 4 hingga 10 tahun. Private Speech biasanya akan ditransformasikan kepada sebuah proses yang dinamakan dengan berpikir.
            Menurut Piaget, Private Speech  adalah bentuk dari ketidakmatangan kognitif. Dikarenakan anak memiliki sifat egosentris sehingga mereka tidak dapat mengenali/menangkap “view point” dari orang lain dan tidak dapat berkomunikasi yang bermakna. Anak-anak cenderung untuk memgatakan apapun yang ada dalam fikiran mereka.
            Sedangkan menurut Vygotsky, Private Speech bukanlah sebuah bentuk dari egosentris. Vygotsky memandang bahwa Private Speech   merupakan bentuk khusus dari pada berbicara kepada diri sendiri. Private Speech  memiliki fungsi yang sangat penting pada masa transisi, antara early social speech dan inner speech (Papalia:267) Menurut Piaget, Private Speech  ini akan berguna dalam pembentukan regulasi diri dan anak yang mengalami Private Speech akan lebih komunikatif dibandingkan anak yang tidak dan telah dibuktikan melalui penelitian.
            Jadi, perbedaan teori Private Speech  antara Piaget dan Vygotsky adalah :
PIAGET
VYGOTSKY
Private Speech  merupakan bentuk dari ketidakmatangan
Private Speech  merupakan bagian dari pembentukan regulasi/pengaturan diri
Private Speech  tidak memiliki dampak yang berguna bagi anak
Anak yang mengalami Private Speech akan lebih komunikatif dibanding anak yang tidak
Private Speech muncul karena egosentrisme.
Private Speech muncul sebagai bentuk awal/kasar dari regulasi diri dan berpikir
Private speech akan menghilang seiring semakin matangnya individu
Tidak ada waktu yang pasti, kapan Private Speech akan hilang.
Private speech distimulasi oleh kompleksitas masalah yang muncul.
Private speech distimulasi oleh pengalaman sosial, karena vygotsky mengutamakan konteks sosiokultural
            Persamaan antara keduanya antara lain :
Baik teori Piaget maupun Vygotsky menjelaskan bahwa tahapan private speech dipengaruhi dan akan mempengaruhi pengalaman individu. Hanya saja konteksnya berbeda. Vygotsky pada konteks sosial sedangkan Piaget pada konteks kognitif.

Pada teori Piaget dan Vygotsky private speech dijelaskan akan (dapat) hilang, hanya saja beberbeda waktunya. Oleh karena itu penelitian yang dilakukan memperhatikan seberapa banyakkah private speech itu digunakan.

Sumber :
Papalia, Human Development.

Konflik

Indonesia merupakan Negara multikultural yang terdiri dari berbagai macam suku , adat, agama, budaya dan ras. Di Negara  multikultural seperti Indonesia ini sangat sering dan mudah terjadi konflik dikarenakan sangat banyak perbedaan yang terdapat di Indonesia.
            Salah satu konflik yang sering terjadi di Indonesia adalah konflik agama.
Menurut mantan wakil presiden Indonesia M. Jusuf Kalla akar dari konflik agama di Indonesia adalah ketidakadilan., baik secara sosial, ekonomi maupun politik.
Contoh konflik agama akibat ketidakadilan politik adalah konflik agama di Poso beberapa tahun yang lalu. Politik liberal yang di terapkan di Indonesia menyebabkan adanya sentiment agama karena perubahan pada sistem politik.
Berdasarkan situasi masyarakat saat ini penyebab terbesar konflik agama adalah ketidakadilan ekonomi. Ketidakadilan ekonomi menyebabkan masyarakat gampang terprovokasi oleh hal-hal yang dapat menyebabkan konflik agama. Kemiskinan dapat menyebabkan masyarakat tidak lagi memegang prinsip agama dengan benar sehingga memiliki pemahaman agama yang melenceng jauh.
Akhirnya konflik agama justru berujung pada tindakan-tindakan kriminal dan bertentangan dengan hukum yang berlaku dan tindakan tersebut tidak memiliki dasar prinsipil secara religius.

Menurut Dr. John N. Palinggi, konflik agama tidak pernah terjadi di Indonesia. Yang sering terjadi adalah upaya kelompok tertentu dalam kelompok mayoritas untuk menarik perhatian. Karena merasa tidak diperhatikan, bahkan oleh pemerintah yang seagama dengan dia, kelompok ini lalu membuat beberapa langkah, di antaranya menganggu agama lainnya seperti menghalangi orang beribadah. Faktor yang biasanya menyebabkan kelompok tersebut ingin diperhatikan oleh pemerintah adalah kemiskinan yang diakibatkan oleh ketidakadilan ekonomi.



Dr. John N. Palinggi memberikan beberapa cara untuk meredan aksi tersebut diantaranya :
1.     Pemimpin agama harus mampu memberikan khotbah yang mengajarkan umat beragama untuk tidak fanatic terhadap agama, memberikan penceraha kepada masyarakat agar ingin menciptakan kedamaian dalam kehidupan bersama antar pemeluk agama.
2.     Secara internal, masing – masing agama harus mengajarkan pemeluknya untuk ulet dalam bekerja keras, membangun diri dan berusaha tanpa melakukan pelanggaran dalam bentuk apapun.
3.     Tokoh agama harus pandai dalam memberikan keteladanan.
4.     Pemerintah harus sungguh-sungguh dalam mengatasi kemiskinan. Pemerintah harus sungguh – sungguh dalam melaksanakan progam dan menjamin bahwa program yang dilaksanakan betul –betul sampai ke masyarakat.
5.     Pemerintah harus meratakan pendidikan dalam masyarakat agar tidak ada masyarakat yang mudah terprovokasi akibat kebodohan.

Created by :
Yoshinta Lumbanbatu and Ayu Pratiwi Lubis
2011 , SMAN 1 Matauli Pandan
Dikutip dari berbagai sumber.