Selasa, 27 September 2016

Pemilihan Duta Bahasa Sumut 2016

 Hai.. saya mau cerita nih. Pengalaman baru, uyeee..

Nah, Tanggal 16 September lalu, saya iseng-iseng (atas dorongan si Vera) mengirimkan berkas pendaftaran untuk mengikuti pemilihan Duta Bahasa Sumatera Utara 2016 (Dubas Sumut 2016). Dan taraaaa.. tibalah saat pengumuman tanggal 19 September, saya tidak mendapatkan telepon atau sms dari pihak panitia dan legalah hati (demi apapun, saya tidak berharap lolos sebagai finalis, karena saya merasa saya tidak pantas jadi duta). Lalu, saat sedang duduk ngopi santai di Fakultas Kopi, tiba-tiba ada nomor asing yang menghubungi saya. Karena ngga tahu nomor siapa, saya abaikan saja. Tapi karena ditelepon berulang kali, akhirnya saya angkat dan ternyata dari panitia Duta Bahasa, dan mereka memberi tahu bahwa saya lolos sebagai Finalis Duta Bahasa Sumatera Utara 2016 dan besoknya, Rabu 21 September 2016 saya diundang untuk briefing di Balai Bahasa Sumatera Utara.

Perasaan pertama yang menghampiri saya saat mendengar pengumuman adalah “bingung”, kemudian saya berpikir, “panitianya sehat gak ya?” seorang Yoshinta jadi Finalis Duta. Apa sih yang bagus dari CV saya? (Sampai sekarang saya juga ngga tau jawabannya). Nah, demi menuntaskan apa yang telah saya mulai, akhirnya saya pun mulai mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan dubas tersebut.

Day 1
Tempat            : Balai Bahasa Sumatera Utara, Jl. Kolam No.7 Medan.
Dress code      : Bebas, Rapi
Agenda           : Briefing, pemilihan pasangan, pembagian samir (slempang)

Kegiatannya hanya briefing biasa, menjelaskan apa itu kegiatan pemilihan Duta Bahasa, Penjelasan run down kegiatan, pemilihan partner dan pembagian samir. Jadi, untuk 3 hari kedepan, saya dipasangkan dengan Mahasiswa Universitas Negeri Medan Jurusan Sastra Inggris bernama Restu Anugrah Pratomo. Anaknya baik, rada care, dan di hari perkenalan pertama aku sudah mencium adanya ambisi memenangkan kompetisi pada anak ini. Nah, sebagai partner yang baik, saya pastinya mendukung ambisi partner saya.

Day 2
Tempat            : Garuda Plaza Hotel Medan, Kasuari room
Dress Code     : Baju Batik dan Rok/Celana Hitam
Agenda           : Pembukaan, Pembekalan, Tes Kemampuan Bahasa Daerah dan Bahasa Asing,  Latihan Koreografi.

Kegiatan di hari kedua berjalan biasa aja. Pada pagi hari setelah pembukan, kami disuguhi dengan materi bahasa Indonesia dan pengenalan tentang duta Bahasa. Dari berbagai materi yang disajikan, saya sadar bahwa Bahasa Indonesia mulai terganggung eksistensinya oleh bahasa asing dan bahasa slang. Peran duta bahasa memang diperlukan, guna meledakkan kembali kecintaan terhadap Bahasa Indonesia di Bumi Pertiwi.
Nah, untuk tesnya kemampuan bahasa daerah dan bahasa asing, kami hanya disuruh untuk memperkenalkan diri menggunakan bahasa daerah dan menjawab sebuah pertanyaan dengan menggunakan bahasa asing. Tapi berhubung saya memang kurang percaya diri, tentu saja hasil tes saya kurang bagus. Seorang duta tentunya harus percaya diri dong ya, tapi itu yang menjadi kekurangan saya. Saya bahkan ragu dengan kemampuan diri saya. Setelah tes, kami dihidangkan sajian pengetahuan public speaking dan setelah itu ditutup dengan latihan koreografi.

Day 3
Tempat            : Garuda Plaza Hotel Medan, Kasuari room
Dress Code     : Kemeja formal dan Celana/Rok Hitam
Agenda           : UKBI, Uji Bakat, Wawancara Kepribadian dan Latihan Koreografi.

Pagi hari, pukul 08.30 kami langsung disuguhi UKBI.  UKBI ini sejenis TOEFL, bedanya TOEFL untuk mengukur kemampuan berbahasa Inggris, sedangkan UKBI untuk mengukur kemampuan berbahasa Indonesia (untuk lebih jelas silahkan googling). Soal-soal yang di ujikan di UKBI menurut saya tidak tergolong sulit dan sebagai pengguna bahasa Indonesia aktif, kita semua pasti bisa menjawab soal-soal UKBI. Nah, untuk tes UKBI saya menduduki peringkat 2 dari seluruh peserta dengan skor UKBI 723, sementara untuk peringkat pertama diraih oleh Khairil Amri dengan skor 730.
Siangnya, kita melaksanakan Wawancara Kepribadian. Wawancaranya dilakukan dengan 3 pewawancara. Pertanyaannya beragam, mulai dari kesibukan saat ini, pertanyaan yang berhubungan dengan keilmuan yang sedang kita geluti, pertanyaan tentang organisasi yang diikuti dan banyak pertanyaan seputar diri kita sendiri.
Setelah wawancara kepribadian, kegiatan lanjut ke Uji bakat. Nah, kedua puluh finalis mulai deh unjuk kebolehan, ada yang menari, berpuisi, menjadi pewara, nyanyi, speech, sulap, dan lain-lain. Saya sendiri bernyanyi dengan membawakan lagu Rayuan Pulau Kelapa. Nah, uji bakat ini juga cukup menggelitik karena ……… (rahasia, ngga baik buka aib orang) :p
Dan, kegiatan hari ini ditutup dengan latihan koreografi. Menurut saya, kegiatan hari kedua adalah yang paling menyenangkan dari semuanya karena saya merasa lebih rileks dalam menjalani kegiatan di hari kedua.

Day 4
Tempat            : Garuda Plaza Hotel Medan, Garuda room
Dress Code     : Blazer dan rok hitam, kaos Duta Bahasa dan Pakaian Adat
Agenda           : Presentasi Proposal, Gladiresik, Malam Puncak.

Pada hari ketiga ini, kami mempresentasikan proposal yang telah di buat sebelumnya saat mendaftar. Proposal tersebut mengenai rancangan progam yang dibuat sehubungan dengan visi misi duta bahasa. Setelah presentasi telah ada 3 orang juri yang akan menilai proposal dan siap ‘memangsa’ dengan berbagai pertanyaan. Setelah presentasi, kegiatan dilanjutkan dengan gladiresik kegiatan malam puncak.

Malam Puncak Pemilihan Duta Bahasa Sumatera Utara 2016
Pada malam puncak, seluruh finalis harus menggunakan pakaian adat suku tertentu dan saya menggunakan pakaian adat minang. Di malam puncak ini, kami menampilkan koreo yang sudah dipelajari secara marathon selama beberapa hari dan hasilnya lumayanlah.

Nah, di malam puncak ini juga diumumkan siapa yang menjadi duta utama, wakil 1, wakil 2, pemenang 4 dan pemenang favorit. Beruntungnya saya, saya tidak masuk menjadi kategori pemenang. Kenapa beruntung?

Nah, jadi seperti yang sudah saya ungkapkan diawal. Saya mengikuti kegiatan ini hanya iseng-iseng saja dan bahkan saya merasa diri saya tidak pantas menjadi seorang duta. Jika saya terpilih, rasanya pasti terlalu berat untuk menanggung beban gelar duta (sekalipun itu hanya pemenang favorit). Bagi saya gelar itu harus bisa dipertanggungjawabkan, segala sesuatunya harus bisa diimplementasikan dalam keseharian. Jika saya sampai terpilih,  saya tidak bisa membayangkan, di dunia nyata saya harus berbicara bebas logat dan harus berusaha meminimalisasi penggunakan kata-kata slang dalam keseharian. Membayangkannya saja saya sudah merasa kesulitan. Selain itu, saya juga harus berusaha untuk belajar lebih banyak tentang bahasa Indonesia. Padahal, selama seleksi saya sudah merasa bahwa pengetahuan saya tentang bahasa Indonesia hanya secuil, pengetahuan saya belum pantas untuk menjadikan saya seorang duta. Intinya, saya merasa tidak bisa bertanggung jawab dengan gelar ini jika saya terpilih. Oleh karena itu, saya tidak memiliki intensi untuk menang, tidak berusaha untuk menang dan merasa lega saat saya tidak menang.

Tapi, yang menarik bagi diri saya sendiri saat pemilihan Duta Bahasa ini adalah mengenai bagaimana saya berusaha dan belajar, menantang diri sendiri untuk melakukan hal yang saya sendiri ogah  lakukan tapi ternyata bisa saya lakukan. Ah.. Hidup memang selalu punya cara romantis ya untuk membuat kita belajar. #MulaiNgawur

*fotonya nyusul ya gaesss


2 komentar: