Rabu, 31 Agustus 2016

Sport Fishing?



Halo blog! Lama tak berkisah.
Setelah sekian lama tak bercerita ke dunia maya, akhirnya ada juga yang pingin disampaikan disini, karena di dunia nyata kisah ini belum tau bisa di share ke siapa.

***

Hidup memang selalu tau cara yang tepat untuk mengajari seseorang. Di ilmu psikologi kita belajar kalau individu bisa belajar dengan cara visual, auditori dan kinestetik. Beruntungnya, aku paling tidak dominan di audio dan dominan di kinestetik dan hidup juga memberiku pelajaran dengan media kinestetik. Yeps, pengalaman langsung!.

Jadi ceritanya, belakangan ini aku lagi banyak belajar tentang hidup. Khususnya tentang love and relationship.  Setahun belakangan ini, aku banyak mempelajari tentang love and relationship dan hampir seluruh pembelajaran yang aku dapatkan itu aku alami sendiri. Mulai dari patah hati, pelarian, naksir,temen rasa pacar, pacar rasa teman, ah.. banyaklah yang aku pelajari setahun belakangan ini. Belakangan yang paling berkesan adalah tentang hubungan pertemanan dengan opposite sex.

Ngga bisa dipungkiri, kadang hubungan dengan teman lawan jenis itu bisa sedikit bikin silap. Kalau tidak pandai mengendalikan diri pasti bisa baper. Malangnya, aku hampir lepas kendali, tapi entah kenapa, ada saja buku yang keep me on track (terus aku sadar kalau ternyata hidup begitu baik pada ku). Nah, jadikan aku punya temen, terus kadang dia macam tahapa gitulah. Akukan kadang kek lepas kendali gitu, jadi kadang lupalah aku kalau dia temen ku. Tibalah puncaknya waktu aku lagi sumuk, terus tersampaikanlah sama dia kalau kadang aku ngerasa dia itu lain and then situasinya pun berubah.

Nah, sembari menjalani hubungan pertemanan dengan dia, aku sambil baca buku yang judulnya Act Like a Lady, Think Like a Man karangan wak Steve Harvey. Dalam bukunya ada dia jelasin tentang alas an laki-laki dalam berperilaku. Nah, yang paling menarik itu salah satu bab dengan judul Sport Fish vs Keepers : How Men Distinguish Between the Marrying Types and the Playthings. Jujur aja, aku tertarik dengan bab ini karena ada kata playthings disitu.
***
Kita semua taulah kalau banyak lakik yang suka main-mainkan perasaan perempuan. Jadi, aku sering gitu ngelihat kalau ada aja laki-laki yang ngincar perempuan terus dideketin deketin, terus setelah dapat perempuan itu malah dicuekin, ditinggal. Kejam!. Nah, aku juga nangkep ada pola pedekate yang secara umum dipakai laki-laki jenis itu. Nah, biasanya lakik yang kaya gitu suka ngedekatin dengan intens, jadi perempuan itu di hubungi, dideketin habis-habisan, komunikasi dijaga tetap intens dengan harapan perempuan itu bakal terbiasa dengan kehadiran si lakik, nah setelah si perempuan dirasa cukup terbiasa, si lakik akan menghilang (untuk sementara) dan ngelihat, si perempuan kecarian apa ndak. Dan kalau si perempuan kecarian, dia udah tau kalau si perempuan sudah mulai terbiasa dan baper dan taraaaaaaaaaa dia udah berhasil. Nah, sekarang nasib si perempuan akan ditentukan oleh perilakunya dan niat si lakik.

Nah, hasil observasi ku ini ternyata bisa dibenarkan dengan apa yang disampaikan wak Steve Harvey dalam bukunya. Jadi, uwak itu membedakan laki-laki jadi dua jenis, lakik yang mau nangkap ikan aja, terus setelah dapat dibalikin ke air (main-main) atau lakik yang nangkap ikan buat dibawa pulang (serius). Nah, banyak dari lakik yang memang sengaja mancing ikan buat dibalikin lagi ke air. Kenapa, karena lakik memang pada dasarnya hunter dan perempuan itu buruannya.

Dalam bukunya, Steve Harvey bilang kalau sikap si perempuan juga menentukan apa dia hanya jadi ikan yang bakal dibalikin ke air atau jadi ikan yang dibawa pulang ke rumah. Nah, aku mau nambahkan pendapatku, selain sikap si perempuan, niat si laki-laki juga ngaruh loh. Berdasarkan observasi mendalam dan hasil nguping pembicaraan laki-laki yang udah sejak lama ku lakukan, aku menyimpulkan, banyak loh laki-laki yang memang mau sport fishing aja. Kasarnya, hanya mau bikin baper aja, hanya mau bikin perempuan yang jadi target suka sama dia. Udah, niatnya sampai situ aja and then setelah perempuan itu baper ya dibiarin aja, kalau dia jahat ya dimanfaatin aja. Setelah perempuan itu baper, itu bisa jadi ajang pamer untuk teman-temannya. Ibarat orang yang sport fishing, setelah ikannya dapat, dia foto dengan ikan itu terus ikannya dibalikin ke air dan fotonya bisa di publish di sosial media, dipamerkan ke teman-temannya.

***

Balik lagi ke pengalamanku.
Sebenernya aku engga ngerasa dijadikan ikan yang dibalikin ke air sih dalam kasus ini. Tapi, si kawan itu yang kayanya ngerasa lagi sport fishing and then toss me back to sea. Beruntungnya aku, aku ngebaca buku ini sambil melihat perilakunya. Wkwkw (forgive me bro).
But, my big mistake adalah, I’m so depent on him and act like I like him. Padahal, I just feel so comfort with him and sometimes it’s feel like I have a brothers (maklum ye anak pertama gitu memang, rada mendambakan punya abang). Yang, kadang aku lupa gitu dengan posisiku dan kadang aku mikir jangan-jangan aku baper, padahal aku hanya terlalu nyaman.

Jadi, sekarang aku mencoba untuk berperilaku senormal mungkin, But, I really don’t like his behavior changing. He act like I like him and it’s really makes me feel so discomfort. His behavior changes membuaku mikir dia bener-bener mencoba untuk sport fishing. Temen jenis itu apa harus dipertahankan?

Lalu cerita ini berakhir ngambang. wkwkwk