Selasa, 24 Juni 2014

MANFAAT PRAKTIKUM ANDRAGOGI



     Tak ada belajar yang tak bermanfaat, yaps.. bagi orang dewasa semua yang dipelajari tentu bermanfaat.. begitu pula dengan Andragogi, tentu sangat bermanfaat. Kali ini saya mau spik spik tentang manfaat yang saya dapatkan dari praktikum yang sudah kami lakukan. Jadi kisahnya kami dibagi dalam 4 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 6 orang dan kami harus menjadi fasilitator dalam satu metode pendidikan orang dewasa.
  
  Nah, pada  postingan ini saya akan menceritakan manfaat yang saya dapatkan secara keseluruhan, baik itu dari diskusi, demonstrasi, karyawisata dan pelatihan. Sebelum melangkah ke manfaat saya mau memberitahu :

Diskusi        : mendiskusikan mengenai kekerasan seksual terhadap anak
Demonstrasi : membuat martabak mini toping special
Karyawisata : kunjungan ke UKM coklat reachoc
Pelatihan      : membuat alas makan dari sumpit bekas

  Secara keseluruhan, praktikum diskusi, demonstrasi, karyawisata dan pelatihan, bukanlah terbatas pada mengetahui apa-apa saja yang dipraktikkan, seperti mengetahui penyebab dan pencegahan kekerasan seksual pada anak, mengetahui cara membuat martabak, mendapat pengetahuan mengenai UKM coklat reachoc dan tahu cara membuat alas makan. Sebagai orang yang (seharusnya) sudah dewasa saya merasa manfaat yang didapatkan tidak terbatas pada hal-hal seperti itu saya, tetapi lebih dari itu, saya belajar banyak dari prosesnya.

Saya pernah menemukan gambar :




   Walau ada teori yang membahasnya, tetapi saya lebih memahami gambar ini dengan konsep yang terlintas dikepala saya, yaitu pepatah yang sejak kecil diajarkan kepada kita. Pengalaman adalah guru yang terbaik. Gambar tersebut menunjukkan di kotak knowledge atau pengetahuan ada titik-titik yang tidak saling terhubung, sedangkan di kotak experience ada titik yang saling terhubung.

  Menurut saya, seharusnya orang dewasa berada di kolom experience, memiliki pengetahuan dan tahu bagaimana cara menggunakannya. Orang dewasa diharuskan untuk belajar banyak hal dan juga harus dapat mempergunakannya. Hal tersebutlah yang menjadi esensi dari pengalaman.

   Menurut saya manfaat dari praktikum berada di poin ini. Tanpa mempraktikkan, mungkin kami tidak akan memahami andragogi sebagaimana mestinya. Jika hanya diberi teori saja, mungkin knowledge atau pengetahuan yang didapatkan tidak akan begitu berguna dibandingkan dengan praktik, teori-teori tersebut bisa dipraktikkan dan ditemukan kegunaan serta hubungan antar teorinya.

    Selain itu, melihat performa berbagai kelompok, mulai dari persiapan hingga selesai saya juga belajar mengenai betapa berartinya arti sebuah konsistensi, latihan dan berbagai hal-hal lain yanh tidak ada dalam teori yang diajarkan. Saya memang masih mengkukuhkan diri berada pada masa remaja alias belum dewasa, tetapi untuk pembelajaran, saya tidak menolak untuk menjadi dewasa.


ANDRAGOGI : PENGGALAN CERITA KELOMPOK DEMONSTRASI

Bikin martabak, yuhuuuuuuu..
Saya mau cerita nih kisah kelompok caem dalam belajar membuat martabak sampai dengan mendemonstrasikannya di kelas.. cekidotttt…
Berawal dari terbentuknya kelompok demonstrasi yang beranggotakan :
Bu kokomting Byuti Ridha Andini, mawapres RM Afif Handri Nabawi, Ibu kita Dika Lestari, Princess Yoshinta Gracia, si Ganteng bukan Serigala Fahmi Idris Sitompul dan Nande itingna Rina Zeniwati Ginting. Pada hari terbentuknya memutuskan untuk melakukan demonstrasi pembuatan martabak? Kenapa harus martabak?
Karena kami tidak setuju dengan mahalnya harga martabak Toblerone dan Nutella. Bayangkan saja, kita harus menghabiskan 100k-80k demi menikmati martabak. Kami tidak setuju!
Nah, karena sudah fix maksimal akan membuat martabak, maka konsep performa pun dibuat. Konsepnya bisa dilihat di postingan sebelumnya.
Latihan Pertama
Semua orang pasti memahami dan memaklumi bahwa mahasiswa adalah orang tersibuk didunia dan beragam alasannya, sibuk menemami mama belanja, sibuk ini sibuk itu dan blab blab blaaaa…
Latihan pertama kami hanya dihadiri oleh 3 orang, yaitu Yoshinta, Afif dan Fahmi. Bertiga kami membuat martabak. Yupsss…
Sebelum membuat martabak, tentunya harus belanja bahan martabak terlebih dahulu and you know what? Saya Cuma menghabiskan 90k untuk membeli bahan martabak.
Oke.. lanjut ke kisah membuat martabak.. akhirnya kami memulai pembuatan martabak. Untuk pertama kali agak gamang memang.. dan jeng jeng jeng jenggg…
Martabak pun jadi… dan karena latihannya di rumah Afif, otomatis ortunya Afif icip-icip martabak kami.. hasilnya nilai 90… yeaiiii…

Latihan Kedua
Latihan kedua masih di rumah Afif.. kali ini yang hadir lengkap.. dan terjadilah eksperimen tersebut.. toping martabaknya ada ceres, keju, oreo dan toping blueberry. Sungguh rasanya.. nano-nano.. tak terkatakannnnn
Hari H
Tibalah pada hari H. agak sulit mengisahkannya.. pokoknya pada hari H kendala kami, kami masih ditengah kegalauan keberadaan timbangan. Inti dari hari ini adalah, kami merasa berhasil. Itu ajasih.. martabak kami enak. Tapi saya agak kecewa dengan teman yang mengaplikasikan toping. Mereka membuat toping yang tak seharusnya..
Seharusnya topingnya itu hanya keju, oreo dan ice cream. Tetapi mereka mengaplikasikan blueberry dan messes juga.. komentar dosen ya hanya disitu.. rasanya jadi anehhh.. ada manis, pahit dan asamnya..
but overall, semua berjalan dengan baik kok.. dilihat dari manfaat yang dipaparkan teman-teman dalam kertas porto folio, semua terlihat cukup puas dengan penampilan kami... 


Berikut foto-fotonya…

martabak hasil latihan pertama kami




nb. Bukannya saya tak ikut berlatih.. tapi memang saya yang potoin jadi ngga ada potonya.. hihihi

Senin, 23 Juni 2014

ANDRAGOGI : TESTIMONI PRAKTIKUM METODE DISKUSI

Rika     : beb, jalan yuukk…
Riko    : mau jalan kemana?
Rika     : eumm.. enaknya kemana yaa?
Riko    : ngopi aja yukk…
Rika     : Ke mall aja yuk..
Riko    : ahh, ngga asik ke mall. Nongki nongki aja yuukk…
Rika     : Eumm.. nongkinya di mall aja beb…
            Well.. lupakan ke fakta bahwa percakapan diatas cukup norak, tapi begitulah contoh diskusi yang sering terjadi dan tanpa kita sadari. Yaps tepat, diskusi itu bisa terjadi dimana aja. Bisa di jalan, di kantor, di rumah, di pantai, di danau dan di….. apa di hati mu? (oke sip, lupakan) ya.. dimana saja kita bisa berdiskusi. Nah, sekarang, mahasiswa galau akan spik spik en tolking tolking tentang diskusi, sekalian testimony performa kelompok diskusi
Apa itu diskusi kelompok?
Menurut Morgan (1976) diskusi kelompok yang ideal adalah berpartisipasinya sekelompok orang dalam diskusi suatu subjek atau masalah yang memerlukan informasi atau tindakan lebih lanjut. Menurut Kang & Song (1984) mendefinisikan diskusi kelompok sebagai pertemuan atau percakapan antara dua orang atau lebih yang membahas topik tertentu yang menjadi pusat perhatian bersama.
Dari kedua pendapat diatas dan berbagai pendapat ahli lainnya, pada dasarnya definisi diskusi tersebut menekankan pada partisipasi dan interaksi semua anggota kelompok dalam diskusi tersebut.
Perlu diingat bahwa diskusi merupakan metode yang sangat efektif jika yang terlibay itu sedikit alias under 10 orang dan akan perlu perencanaan yang cermat dan pimpinan diskusi yang kompeten jika pesertanya diatas 10 orang.

Guna diskusi kelompok apa ya?
            Well to the well well well (sinetron bingits yaa) tidak usah diragukan lagi, diskusi merupakan metode yang sangat  berguna. Bayangkan kalau kamu lagi diskusi mau jalan kemana sama pacar kamu (eh, jomblo ya? Maap :p), and the end kalian tau dan bisa memutuskan mau jalan kemana kan? Dan beruntungnya kita, diskusi itu sangat berguna pada pendidikan orang dewasa. Ada berbagai manfaat yang dapat kita peroleh dari berdiskusi. Ini dia manfaatnya :
   1)      Diskusi memberikan kesempatan kepada setiap orang yanng menjadi peserta diskusi untuk bisa menyampaikan pendapatnya dan mendorong setiap orang untuk berpikir dan mengambil keputusan. Simplenya, karena diskusi melibatkan peserta yang tidak begitu banyak, jadi setiap orang punya kesempatan untuk menyampaikan aspirasinya, menyampaikan ide dan pendapatnya dan untuk itu pastinya diperlukan sebuah proses yang dinamakan dengan berpikir dan mengambil keputusan.
     2)      Dengan berpartisipasi dalam diskusi mau tidak mau peserta belajar sambil bekerja, karena peserta diskusi akan aktif secara fisik dan mental dalam diskusi dan tentu saja hasil yang didapatkan akan lebih baik dibandingkan dengan duduk diam dan mendengarkan.
     3)      Dalam diskusi kita harus mau mendengarkan argument peserta lain yang otomatis akan memaksa kita untuk belajar lebih toleran dan karena ada berbagai pendapat kita juga akan dapat memperluas wawasan kita, hal itu bisa terjadi karena dalam diskusi ada banyak peserta dan pasti ada lebih dari satu sisi argument didalamnya.
     4)      Untuk paham apa yang dimaksudkan oleh peserta lain kita harus mendengarkan dengan baik, hal ini perlu guna mencegah kesalah pahaman.
     5)      Setelah melalui banyak perdebatan dalam diskusi tentu diskusi akan menghasilkan kesimpulanyang dapat diambil.
     6)      Diskusi dapat digunakan untuk :
ü  Mendorong orang untuk menjadi sadar akan adanya masalah
ü  Membantu mereka mengidentifikasi masalah
ü  Membantu mereka dalam mencari masalah tersebut
ü  Membantu mereka menemukan pemecahan masalah
ü  Kesempatan untuk merencanakan program aksi.

Talk about testimoni nih yaa..
Menurut saya sasaran manfaat kelompok diskusi di kelas Andragogi itu ada di poin ke 6. Kilas balik kisahnya ni ya, kelompok Diskusi mengangkat kisah JIS mengenai kasus kekerasan seksual pada anak. Nah, dari yang mahasiswa galau ikuti arah-arahnya sih memang untuk mencari solusi pencegahan kasus kekerasan seksual pada anak, dengan terlebih dahulu mengidentifikasi masalah, mencari tahu masalah dan berusaha untuk melakukan pencegahan dan pemecahan masalah.
Sayangnya, setiap performa ada plus-minusnya.
Kalau pendapat aku sih, topiknya udah bagus, karena memang sesuai dengan topic yang lagi hot saat itu. Sayangnya, dalam prosesnya kelompok kurang mampu untuk mengontrol arah diskusinya, sehingga jadi menjalar kemana-mana. Satu subtopic belum kelar sudah dibahas ke subtopic yang lain. Endingnya, sasaran atau tujuan dari diskusi tidak tercapai.
Selain itu, dalam diskusikan perlu ada humor atau apapunlah yang membuat jalannya diskusi agar tidak begitu menegangkan. Jujur saya merasa diskusinya agak alot dan menegangkan. Bisa jadi karena itu performa pertama kali ya, jadi mereka gamang, but ini cukup tertutupilah dengan pengetahuan fasilitator dan peserta tetap bisa ada yang didapatkan.

Well, terkait testimony nih ya, yuk mari kita bahas dengan teori.

Dalam Suprijanto (2008;98) dikemukakan standar yang dapat dipergunakan agar pemilihan masalahnya baik:
·         Semua atau sebagian besar anggota kelompok sangat tertarik terhadap masalah atau isu tersebut
·         Masalah atau isu dikenal benar oleh semua atau sebagian besar anggota kelompok
·         Isu atau masalah jelas,pasti dan dimengerti oleh semua anggota kelompok
·         Masalah atau isu mempunyai tingkat kesulitan yang dapat menumbuhkan diskusi yang berkelanjutan
·         Informasi cukup tersedia bagi anggota kelompok untuk memecahkan masalah dengan memuaskan
·         Isu atau masalah dapat dibagi menjadi bagian-bagian yang logis
·         Isu atau masalah merangsang pemikiran bermutu.

Nah, walaupun menarik menurut saya topiknya tidak diminati seluruh peserta dan bisa jadi ada yang up date mengenai kasus yang sedang dibicarakan, sehingga yang berpartisipasi/ memberikan pendapat tidak begitu banyak.

Sekian dulu testimony saya.. terimakasih J